Nasib serupa dialami Daklani, seorang nelayan di Cilincing, Jakarta Utara. Pria asal Brebes, Jawa Tengah yang sejak 1984 menggantungkan hidup dari menangkap ikan di perairan Jakarta ini mengaku sangat merasakan perubahan ekologi di Teluk Jakarta.
“Dulu, sekitar tahun 1980 akhir dan awal 1990 masih enak, enggak usah jauh-jauh (nangkap ikan). Walaupun dulu (juga) sudah ada limbah, tapi enggak parah kayak sekarang,” ucap Daklani saat berbincang, Kamis (27/10).
Untuk memperoleh tangkapan ikan yang banyak, Daklani harus melaut hingga ke Kepulauan Seribu. “Kadang, hasilnya enggak bagus juga,” kata pria berusia 62 tahun itu.
“Modal saya itu Rp500.000, tapi ikannya yang didapat cuma kejual Rp300.000.”
Daklani dan beberapa rekannya masih beruntung. Mereka punya kapal bertonase 5 GT yang bisa mengarungi laut lebih jauh hingga ke tengah. “Kadang, kita ke Mauk, Tangerang. Tapi, itu kalau modalnya cukup,” katanya.