Di Indonesia, industri kecantikan dan perawatan dinilai memiliki pertumbuhan yang cukup masif. Menurut catatan Kementerian Perindustrian, sektor industri yang termasuk dalam kelompok industri farmasi, obat kimia, obat tradisional, bahan kimia dan barang kimia ini sudah memiliki kurang lebih 760 perusahaan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Tidak hanya itu, hingga kuartal-II 2022 industri kosmetik juga mengalami pertumbuhan sebesar 2,10%. Dengan itu, industri kosmetik pun mampu memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 1,78%.
Sementara berdasarkan data Euromonitor, produk kecantikan secara signifikan mulai meningkat sejak 2017, dengan pertumbuhan mencapai 12% sampai sekarang. Hal ini sejalan dengan data Statista, yang menunjukkan angka pertumbuhan produk kategori Beauty and Personal Care rata-rata 4,80% dalam periode 2023-2027, dengan pendapatan di industri ini mencapai US$7,95 miliar di 2023.
Jika dirinci, segmen produk perawatan tubuh adalah yang mengalami pertumbuhan pendapatan tertinggi di tahun ini, yakni mencapai US$3,41 miliar. Sedang kosmetik diperkirakan bakal mencapai US$1,85 miliar, skincare US$2,26 miliar dan terendah dari wewangian, yakni US$0,43 miliar.
“Pertumbuhan industri kosmetik dipicu oleh adanya perkembangan teknologi dan informasi dalam bidang kosmetik dan personal care yang pesat. Sejalan dengan perkembangan tren dan model dalam dunia kecantikan,” kata Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Ignatius Warsito, kepada Alinea.id, Jumat (17/3).
Selain itu, proses produksi yang lebih inovatif dan efisien serta desain kemasan yang beragam dan menarik turut membantu peningkatan image produk kosmetik dalam negeri. Begitu pula dengan Jaminan Produk Halal yang merupakan salah satu keunggulan kompetitif bagi industri dalam negeri.
Alinea.id mengulas bisnis jasa maklon di balik industri kecantikan tanah air dalam artikel ini.