Populisme menjadi istilah yang populer beberapa tahun belakangan, menyusul kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat pada awal 2017.
“Di Amerika, kita lihat Trump pragmatis. Dalam kampanyenya, dia selalu mengaitkan dirinya ke kelas pekerja, padahal dia adalah elite,” kata Rezasyah.
Secara sederhana, populisme adalah sebuah gerakan politik yang mengkapitalisasi suara publik, kemudian membenturkannya dengan sekelompok elite atau penguasa.
Gelombang populisme tak hanya menyeruak di Amerika Serikat. Laporan John Henley di The Guardian yang terbit pada 20 November 2018 berjudul “How populism emerged as an electoral force in Europe” mencatat, setidaknya ada 11 negara di Uni Eropa yang menjalankan pemerintahan populis, yakni Norwegia, Finlandia, Polandia, Republik Ceko, Slowakia, Hungaria, Austria, Swis, Italia, Yunani, dan Bulgaria.