close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Calon presiden pertahana Joko Widodo berkuda bersama penantangnya Prabowo Subianto di Hambalang, Bogor, pada Oktober 2016. /Antara Foto.
icon caption
Calon presiden pertahana Joko Widodo berkuda bersama penantangnya Prabowo Subianto di Hambalang, Bogor, pada Oktober 2016. /Antara Foto.
Infografis
Senin, 26 November 2018 10:49

Pengaruh politik populisme

Populisme yang berkembang di Eropa saat ini, tak semuanya mengarah ke populisme sayap kanan.
swipe

Populisme menjadi istilah yang populer beberapa tahun belakangan, menyusul kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat pada awal 2017.

“Di Amerika, kita lihat Trump pragmatis. Dalam kampanyenya, dia selalu mengaitkan dirinya ke kelas pekerja, padahal dia adalah elite,” kata Rezasyah.

Secara sederhana, populisme adalah sebuah gerakan politik yang mengkapitalisasi suara publik, kemudian membenturkannya dengan sekelompok elite atau penguasa.

Gelombang populisme tak hanya menyeruak di Amerika Serikat. Laporan John Henley di The Guardian yang terbit pada 20 November 2018 berjudul “How populism emerged as an electoral force in Europe” mencatat, setidaknya ada 11 negara di Uni Eropa yang menjalankan pemerintahan populis, yakni Norwegia, Finlandia, Polandia, Republik Ceko, Slowakia, Hungaria, Austria, Swis, Italia, Yunani, dan Bulgaria.

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan