Sejak berdirinya Jenius, bank digital pertama di Indonesia yang diluncurkan oleh BTPN pada 2016 sampai sekarang, sudah banyak bank-bank digital bermunculan. Sebut saja bank digital milik konglomerat Jerry Ng, Bank Jago, TMRW dari Bank UOB, Bank SeaBank Indonesia milik SeaBank, Blu sebagai bank digital BCA, Bank Neo Commerce (BNC) milik Neobank, Digibank dari Bank DBS Indonesia, lalu Wokee+ dari Bank Bukopin.
Kemudian, Line Bank yang sebelumnya Bank KEB Hana Indonesia, MotionBanking milik MNC Bank, Bank Aladin, Bank Raya atau yang sebelumnya lebih dikenal dengan BRI Agro, hingga Allo Bank yang baru saja diluncurkan oleh pengusaha kondang Chairul Tanjung (CT).
Jumlah bank digital yang terus bertambah pun mendorong pertumbuhan pengguna bankneo atau bank model baru. Mengutip Finder.com, pada 2021 ada sekitar 25% atau setara dengan 47,78 juta orang dewasa Indonesia memiliki rekening bank digital.
Angka ini diperkirakan akan mengalami kenaikan hingga 31% atau 59,97 juta orang dewasa pada 2022 dan 39% atau setara dengan 74,79 juta orang dewasa pada 2026.
Di saat yang sama, transaksi digital banking pun ikut meroket. Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI), transaksi dari perbankan mencapai Rp39.841,4 triliun atau meningkat 45,64% di sepanjang 2021. Kemudian diperkirakan akan meningkat hingga 24,83% di 2022, menjadi Rp49.733,8 triliun.
“Tapi, untuk bisa menikmati potensi ekonomi ini, bank digital harus bersaing ketat,” kata Ekonom dan bankir senior Mirza Adityaswara kepada Alinea.id, Minggu (22/5).
Alinea.id mengulas pertarungan dua bank digital besar milik konglomerat Hartono bersaudara dan orang terkaya ketiga di Indonesia, Chairul Tanjung dalam artikel ini.