Selain Ashraf Sinclair, sederet selebritas juga tercatat meninggal karena serangan jantung di usia muda. Sebagian di antaranya bahkan tidak punya riwayat sakit kronis, obesitas, dan menerapkan gaya hidup sehat.
Data Riskesdas 2018 pun mencatat prevalensi penderita jantung pada orang usia produktif (25–44 tahun) sebesar 2,1%. Rinciannya, pada penduduk berusia 25–34 tahun, prevalensi penyakit jantung sebesar 0,8%, sedangkan prevalensi sebesar 1,3% pada warga berusia 35–44 tahun.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Kementeriann Kesehatan Cut Putri Arianie mengatakan, prevalensi penyakit jantung pada kalangan usia muda meningkat karena perubahan demografi usia harapan hidup orang Indonesia.
Cut menuturkan, usia harapan hidup yang meningkat membuat tren potensi masyarakat mengalami penyakit tidak menular juga meningkat. Perkembangan fasilitas berteknologi canggih dalam berbagai aktivitas masyarakat, menurutnya, telah membentuk gaya hidup baru yang malah meningkatkan risiko penyakit jantung.
“Perkembangan teknologi mempengaruhi karena semua kemudahan didapat dari kecanggihan layanan melalui gawai, seperti pemesanan makanan dan pemesanan jasa transportasi,” jelas Cut kepada Alinea.id di Jakarta, Kamis (27/2).
Selain itu, kata Cut, faktor promosi produk rokok yang gencar ditengarai turut memperluas tingginya jumlah konsumen rokok di usia muda. "Juga layanan pembelian rokok secara online," imbuh dia.
Merujuk data Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Cut menekankan, kasus jenis-jenis penyakit tidak menular mulai mengintai anak berusia 10–14 tahun. Penyakit jantung khususnya mulai banyak diderita oleh warga berusia 20-an.