Secara umum, meski mengalami kenaikan, bursa saham nasional pada bulan November masih sangat mungkin bergerak volatile dan cenderung turun. Mengingat dalam satu dekade terakhir, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lebih banyak berada di zona negatif.
“Dengan melihat tren dan juga sentimen baik dari dalam dan luar negeri, IHSG kemungkinan masih akan volatile,” kata Research Analyst Bank Negara Indonesia (BNI) Maxi Liesyaputra kepada Alinea.id, Kamis (3/11).
Adapun sentimen yang bakal mempengaruhi gerak bursa saham Indonesia antara lain inflasi yang diperkirakan masih di atas 6% serta akan adanya pengumuman terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia pada awal bulan November. Selain itu, dengan dirilisnya dua data tersebut jelas akan menjadi penentu apakah nantinya Bank Indonesia (BI) akan melanjutkan langkah peningkatan suku bunga acuan (BI 7 Days Repo Rate/BI7DRR) atau tidak.
Sementara dari luar negeri, gerak IHSG dapat dipengaruhi oleh adanya rilis pertumbuhan ekonomi dari negara-negara di Eropa. Di mana diprediksi bakal mengalami pelemahan dengan tingkat inflasi yang masih tinggi.
“Kemudian ada juga kenaikan suku bunga oleh The Fed yang langsung direspon oleh pasar dan ini bisa juga menekan IHSG,” kata Analis Reliance Sekuritas Lukman Hakim, kepada Alinea.id, Kamis (3/11).
Alinea. id mengulas prediksi volatilitas IHSG di tengah ancaman resesi dan momen window dressing dalam artikel ini.