Pahami karakteristik Milenial dan GenZ untuk meraih suara
Mengapa Milenial dan GenZ menjadi penting?
Tahun 2022 adalah tahun baik bagi Indonesia karena bangsa ini mendapat surplus demografi dalam rentang beberapa tahun kedepan. Kondisi ini ditandai dengan rasio peningkatan penduduk usia produktif terhadap penduduk nonproduktif.
Berdasarkan data Dukcapil Juni 2022, penduduk produktif mencapai 190,83 juta jiwa atau sebesar 69,83% dari total 275 juta penduduk Indonesia.
Produktivitas adalah senjata sakral dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Namun sebaliknya, jika penduduk nonproduktif meninggi seperti pensiunan, manula dan balita, maka beban ekonomi akan menjadi lebih berat.
Situasi Indonesia cukup bertolak belakang dengan negara Jepang yang sedang mengalami penuaan populasi. Usia nonproduktif Jepang saat ini berada di angka 41% dari total populasi, artinya negara harus menanggung 41% masyarakat tanpa pajak, namun negara tetap harus membayar dana pensiun dan pelayanan kesehatan bagi masyarakat nonproduktif.
Situasi Jepang bertambah berat dengan prediksi penyusutan jumlah penduduk yang diperkirakan bisa menurun sampai 50% dalam 100 tahun kedepan.
Membicarakan usia produktif tentunya sangat berkorelasi dengan eksistensi generasi Milenial dan GenZ. Kedua generasi ini mendominasi usia produktif di Indonesia, sebesar 54%.
Boleh dibilang kedua generasi ini adalah bahan bakar utama dalam rangka Indonesia menjadi negara maju pada 2045. Separuh dari GenZ diperkirakan menjadi pemilih pemula dalam Pemilu 2024, dan tentu saja ini adalah ceruk berharga bagi Anda yang ingin mendulang suara baru di pemilu nanti.
Hal itu diperkuat dengan hasil survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang menunjukkan, pemilih muda akan mendominasi Pemilu 2024. Dalam hal ini, pemilih muda didefinisakan sebagai warga berusia 17-39 tahun. Menurut hasil survei tersebut, proporsi pemilih muda pada Pemilu 2024 diprediksi mendekati 60% atau sekitar 190 juta warga.
Jadi, jika Anda berencana untuk meraih suara yang signifikan, Anda disarankan untuk memahami karakteristik dua generasi ini, lalu mencari cara bagaimana Anda bisa masuk di alam pikiran mereka.
Generasi Milenial
Sesuai eranya, Milenial lahir menjelang akhir milenium ke-2, tepatnya 1981 sampai 1996 (beberapa literatur menulis rentan lahir di tahun 1980-1994). Mereka hidup dalam era di mana teknologi mulai terlibat merevolusi kehidupan manusia.
Generasi ini adalah generasi transisi. Masa kecil mereka belum berteknologi. Namun ketika dewasa, jalan pikiran dan keputusan mereka sangat dipengaruhi oleh apa yang mereka dapat di internet.
Ada beberapa karakteristik yang bisa kita ambil dari berbagai riset, yaitu:
1. Milenial adalah generasi yang memercayai selalu ada perubahan.
Mereka hidup di tengah revolusi teknologi, menyaksikan bagaimana transformasi offline berubah menjadi online seketika. Mereka percaya segala sesuatu tidak akan bertahan lama.
2. Milenial adalah generasi kritis. Mereka selalu mencari cara yang lebih cepat dan lebih baik (slogan ini sempat dipopulerkan oleh Jusuf Kalla pada Pilpres 2014).
Tidak heran, mereka terbiasa dengan mengerjakan sesuatu secara pararel atau multitasking. Dalam 30 menit mereka bisa melahap makan siangnya sambil melihat media sosial, memberi likes, komentar, membalas WhatsApp, bahkan sambil memilih barang kesukaan di platform belanja online.
3. Milenial adalah generasi yang menghargai arti kerja sama.
Mereka menikmati lingkungan kerja kolaboratif, membuka diri dari segala jenis sudut pandang yang mereka serap dari lingkungan sekitar. Maka tidak heran, sekarang banyak warung kopi tumbuh subur di berbagai tempat. Milenial butuh wadah saling berinteraksi dan bertukar pikiran dalam banyak hal.
4. Milenial adalah generasi yang membutuhkan feedback.
Mereka tidak akan suka jika pekerjaan mereka tidak di review. Mereka selalu ingin mengonfirmasikan dan memvalidasi apa yang mereka lakukan sudah di arah yang benar atau tidak.
GenZ
Penerus dari generasi Milenial adalah GenZ yang lahir antara 1997 sampai 2012 (beberapa literatur menulis rentan lahir di 1996–2010). GenZ tidak lagi mengingat situasi multikrisis yang terjadi di Indonesia pada 1998-2000. Mereka tumbuh ketika kemajuan teknologi telah terlibat dalam banyak aspek kehidupan manusia. Seperti layar beresolusi tinggi, smartphone, internet, cashless dan lain-lain.
Berikut karakteristik GenZ yang diambil dari beberapa riset:
1. GenZ menyukai bekerja di tempat di mana mereka terlibat pada kehidupan pribadinya.
Itu mengapa banyak GenZ yang ingin bekerja di perusahaan digital atau startup karena sejak kecil mereka diasuh oleh internet.
2. GenZ sangat terikat di media sosial.
Akibatnya, perilaku tersebut berdampak dengan bagaimana cara mereka berinteraksi dan ingin dihargai. Beberapa riset menyebutkan GenZ lebih nyaman berinteraksi melalui aplikasi chat dibanding bertatap muka.
3. GenZ sadar dengan kehidupan yang sehat.
Mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan dibanding generasi sebelumnya. Mereka paham bagaimana pentingnya buah-buahan atau bahaya lemak dan gula bagi tubuh.
4. GenZ memiliki kesadaran berwirausaha lebih besar.
Generasi ini lebih realistis dibanding Milenial, mereka tidak ingin selalu bertanggung jawab kepada atasan, namun mereka cenderung ingin mempunyai bisnis yang independen walaupun mereka paham itu tidaklah mudah.
Memahami Milenial dan GenZ di dapil Anda
Populasi mereka cukup besar dan mudah ditemukan, namun Anda mungkin akan menemukan tantangan untuk mengetahui dan mempelajari keberadaan dan kebiasaan mereka di lingkup dapil Anda.
Politik adalah tentang persepsi, jika Anda berhasil dipersepsikan dekat dengan kalangan muda, bisa jadi kemungkinan Anda meraih kursi akan semakin dekat. Selamat mencoba!