Krisis coronavirus secara singkat telah menghasilkan krisis ekonomi. Apalagi krisis virus ini menyerang pusat-pusat ekonomi dunia, yakni Amerika Serikat, China, Uni Eropa, Jepang dan Korea Selatan. Dunia tengah dipayungi krisis akibat serbuan makhluk nan maha kecil ini.
Mencegah penyebaran virus banyak negara melakukan kebijakan untuk menyelamatkan warga dari krisis yang berlapis yakni krisis virus dan krisis ekonomi sekaligus.
Kebijakan ekonomi Indonesia juga telah masuk kepada usaha mencegah krisis ekonomi semakin dalam akibat belum tertanggulanginya bencana virus Covid 19. ekonomi. Presiden menyatakan telah menyiapkan paket stimulus Rp405,7 triliun dan di dalamnya terdapat Rp110 triliun untuk Jaring Pengaman Sosial.
Jika korban virus terbesar adalah orang-orang yang rentan seperti manula dan individu yang memiliki riwayat sakit. Krisis ekonomi terberat akan menyasar kelompok rentan yakni petani, buruh tani, nelayan tradisional, pekerja informal dan pelaku UKM dan warga miskin baik di kota dan di desa.
Tulisan pendek ini hendak mengusulkan agar paket kebijakan pemulihan ekonomi dan jaring pengaman sosial difokuskan untuk memperkuat ketahanan desa menghadapi krisis.
Bagi petani dan nelayan meski dollar sekarang mengalami kenaikan, ini tidak serupa dengan situasi 1998. Saat itu, nelayan, petani perkebunan, dan komoditas ekspor berbahagia karena apresiasi dollar. Seember udang galah seharga sepeda motor. Ada pula cerita-cerita menggelikan kala petani lada, cengkeh dan kopi yang pergi ke sungai untuk mandi sambil membawa mobil baru.
Situasi tersebut tidak akan terulang sekarang. Seluruh dunia sedang krisis, komoditas perkebunan seperti sawit, lada, cengkeh dan juga hasil perikanan tidak akan mengalami kemewahan harga jual, karena permintaan dunia menurun. Bahkan harga akan murah sehingga pendapatan menurun drastis.
Petani kebun mandiri, kebun plasma dan buruh kebun pada wilayah-wilayah monokultur yang selama ini mendapatkan pasokan sembako dan bahan lainnya dari luar wilayah akan mengalami kesulitan besar. Selain pasokan yang melemah tentu harga bisa melambung.
Paket bantuan ekonomi serta kebutuhan dasar yang terjangkau selama krisis sebaiknya telah disiapkan pemerintah untuk wilayah ini.
Pada daerah pesisir, nelayan dan petambak rakyat juga akan menghadapi situasi berat. Langkah perlu disiapkan. Ikan ditangkap, namun sebagian besar konsumen beralih ke sumber protein lain yang harganya lebih terjangkau. Namanya juga krisis. Rumus lama, rakyat menurunkan konsumsi ikan beralih ke tempe, telur atau lainnya yang lebih murah. Menjaga kran ekspor ikan tetap stabil nampaknya akan sulit di tengah dunia yang sedang krisis.
Karena itu memastikan harga sembako yang murah dan terjangkau serta bantuan mengurangi biaya produksi nelayan dan petambak sangat diperlukan. Pendekatan paket ekonomi khusus nelayan wajib disiapkan.
Bagaimana dengan petani padi? Mulai bulan ini, petani padi kita akan memasuki masa panen, sebaiknya pemerintah segera menaikkan harga pembelian gabah kering di tingkat petani dan segera menyerap dengan harga baik. Menaikkan harga pembelian gabah tentu tidak harus sama dengan baiknya harga beras. Intervensi pemerintah terhadap soal ini penting dilakukan. Paket ini dapat mengerakkan ekonomi warga petani dalam menghadapi krisis yang telah datang.
Buruh tani dan petani gurem, program penerima BLT dan Rastra harus diperluas kepada kelompok ini selama krisis. Setidaknya Mensos harus perlihatkan kesigapannya untuk membuat basis baru penerima paket bantuan sosial ini bagi warga desa.
Setelah panen seharusnya pemerintah sudah tahu dengan cepat apakah stok pangan cukup atau tidak. Sebab produsen beras dunia pada saat wabah ini mungkin akan menahan beras mereka. Kenaikan dollar akan membuat beban impor semakin berat. Namun, stok pangan yang cukup dan harga yang terjangkau wajib disediakan.
Paket ekonomi untuk rakyat desa semacam ini menambah kepercayaan mereka bahwa pemerintah bekerja bukan semata mata melawan Corona. Kebijakan ini juga membawa pesan kepada publik untuk segera bahu membahu melawan penyebaran virus.
Dalam menghadapi krisis virus dan krisis ekonomi yang bersamaan eskalasi ketidakpuasan kurvanya akan naik terus dapat berujung kepada krisis politik jika pemerintah dirasakan tidak sepenuhnya hadir kepada mereka si kelompok rentan. Padahal, mereka adalah akar rumput yang mudah terbakar jika kepercayaan menipis.