Wang Sicong, putra seorang miliarder China yang berpengaruh dilarang memposting di platform Weibo (Twitter versi China). Ini terjadi setelah ia mempertanyakan kemanjuran obat tradisional China (TCM) yang didukung oleh Beijing untuk mengobati kasus Covid ringan.
"Pengguna saat ini dilarang karena melanggar undang-undang dan peraturan yang relevan," bunyi pesan di akun Weibo Wang Sicong, di mana ia memiliki lebih dari 40,5 juta pengikut.
Dikenal karena memamerkan gaya hidup mewahnya secara online, pria berusia 34 tahun ini adalah putra dari maestro real estate Wang Jianlin, yang pernah menjadi orang terkaya di China.
Sementara Weibo tidak memberikan perincian di balik larangan tersebut, laporan mengatakan itu terkait dengan postingan influencer yang sekarang telah dihapus tentang kapsul Lianhua Qingwen, obat herbal populer yang digunakan untuk mengobati Covid.
Menurut Bloomberg, Wang telah memposting ulang video minggu lalu menanyakan apakah obat itu pernah direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia sebagai pengobatan Covid. Dalam posting terpisah, ia juga mendesak pengawas sekuritas China untuk menyelidiki Shijiazhuang Yiling Pharmaceutical, yang membuat obat tersebut, menurut outlet media pemerintah Global Times.
Saham Shijiazhuang Yiling yang terdaftar di China anjlok 10% pada hari Selasa, dan turun 10% lagi pada hari berikutnya, menurut outlet berita Amerika Quartz.
Meskipun kurangnya data klinis yang dapat diandalkan, otoritas kesehatan China telah merekomendasikan obat-obatan TCM, termasuk kapsul Lianhua Qingwen, untuk digunakan oleh pasien Covid, menurut Reuters.
Di Shanghai, pusat wabah Covid-19 di China saat ini, jutaan kotak produk TCM didistribusikan ke penduduk di seluruh kota awal bulan ini. Lianhua Qingwen juga diberikan kepada semua rumah tangga Hong Kong selama gelombang kelima infeksi COVID-19 yang mengamuk di kota itu pada bulan Maret.
Dibuat dengan 13 bahan, termasuk rhubarb, honeysuckle, dan kernel aprikot, Lianhua Qingwen dikembangkan pada tahun 2003 untuk mengobati sindrom pernafasan akut yang parah (Sars), menurut South China Morning Post. (Insider)