close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
ilustrasi. foto Pixabay
icon caption
ilustrasi. foto Pixabay
Media
Sabtu, 30 Oktober 2021 18:54

Bagaimana relasi media dengan humas?

Tidak hanya PR yang harus selalu menjaga relasi dengan media, tetapi media pun harus juga menjaga relasi dengan PR.
swipe

Situasi media sudah jauh berubah dari lanskap era tahun 2000-an. Misalnya ihwal berbagi berita, dulu media mainstream menciptakan sesuatu lalu kreasi ciptaan itu dibagikan di media sosial. Kini arahnya terbalik 180 derajat. Lini cetak dalam media massa yang sebelumnya perkasa terdepan dalam menggiring isu, bahkan tidak jarang ketinggalan langkah dari lini lainnya seperti media online dan digital.

Nurul Qomariyah Pramisti, pernah bekerja sebagai reporter tabloid Perspektif dan reporter situs berita detik.com. Setiap tahun sejak 2012, dia konsisten menghasilkan banyak sekali tulisan. Posisi terakhirnya, Redaktur Eksekutif di Tirto, sebelum mengambil peran jadi jurnalis lepas, sekarang.

"Saya akan membagi pengalaman selama 20 tahun jadi jurnalis. Bagaimana selalu berhubungan dengan Public Relations, bagaimana saya menjaga relasi. Tidak hanya PR yang harus selalu menjaga relasi dengan media, tetapi media pun harus juga menjaga relasi dengan PR," kata Nurul dalam Semidar (seminar daring) Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Kamis (14/10).  

"Bagaimana situasi media sekarang? Ini sangat penting karena terjadi shifting besar-besaran, apalagi di masa pandemi ini. Tahun 2000-an saya mulai karier di Detik itu lanskap media itu masih berupa bahwa kita create something kemudian media sosial yang akan membagikan apa yang dikreasi oleh media," kata Nurul.

Dijelaskannya bahwa kini lanskapnya adalah dari media arus utama kemudian baru di-share ke media sosial. "What happened right now is very different. Jadi terjadi shifting besar-besaran. Itu sekitar tiga tahun terakhir," tambahnya.

Mantan pelaksana desk ekonomi pada situs berita detik.com menjabarkan bagaimana sekarang media itu terbalik posisinya: "Jadi sekarang apa yang ramai di media sosial kita bawa ke media arus utama. Beberapa isu kita lihat bahwa sesuatu yang ramai dan viral dulu di medsos kemudian menjadi satu pemberitaan di media arus utama."

Itu sangat terbalik dengan situasi ketika tahun 2000-an awal sampai sekitar tahun 2010-2015. Jadi ada shifting besar-besaran.

"Shifting inilah yang kemudian akan mengubah how PR works? Bagaimana kemudian PR bekerja itu akan sangat tergantung pada shifting media," ujar tim penulis buku Rumah Perubahan Rheinald Kasali ini.

Ia membubuhkan, kemudian lanskap lain yang berbeda adalah dulu media cetak sangat berpengaruh. "Seiring berjalannya waktu kemudian muncul detikcom, kemudian muncul teman-temannya detikcom, ada astaga dulu kemudian kompascom, kemudian menyusul generasi terbaru adalah liputanenam, merdeka, dan terakhir-terakhir banget adalah mungkin Tirto. Ada Vice, dan ada segala macam yang memberikan pengaruh sangat besar. Nah itu terjadi shifting besar-besaran," sambungnya.

Katanya, sekarang koran tidak ada lagi masuk ke dalam satu perubahan isu. Jadi sekarang satu isu besar yang viral, bukan hanya dari media cetak, justru sekarang ini isu terbesar itu biasanya muncul dari media online, dari medsos, segala macam. Jadi shifting besar-besaran inilah yang akan mengubah bagaimana perusahaan Public Relations, Humas, itu bekerja. Karena yang dimonitoring juga akan berbeda. Kemudian relasi yang dijalin juga akan berbeda. Jadi ini yang harus dipahami betul akan adanya shifting media ini.

"Saya merasakan betul bagaimana tahun demi tahun semua media ini terjadi shifting besar-besaran. Inipun juga berpengaruh kepada cara bekerja media. Kalau kita dulu mengejar-ngejar narasumber, kita nungguin mereka sampai kita bisa dapat berita, even kita sampai nungguin di depan pintunya, di depan mobilnya, segala macam. Tapi yang sekarang yang terjadi tidak seperti itu," ujarnya.

Perbedaannya kini, dikatakan Nurul, media itu lebih banyak membuat eksklusivitas. Ada perubahan yang sangat besar yang akan memberikan pengaruh yang luar biasa bagaimana orang bekerja di industri media dan PR.

"Bagaimana industri media ini bekerja dengan PR? Selama ini kita selalu berhubungan dengan PR itu biasanya mereka itu menyampaikannya dengan melalui siaran pers. Siaran pers atau sebenarnya nanti-nanti ada acara semacam konferensi pers. Nah bagaimana siaran pers itu bisa diterima di media?" tanyanya.

Dari pengalaman bekerja di Detik dan Tirto, sebagai redaksi setiap hari dia menerima banyak sekali siaran pers. "Mungkin kalau kalian bekerja di perusahaan PR itu jangan langsung mutung kalau misalkan siaran persnya itu nggak langsung dimuat gitu, karena memang, satu: media pun ada keterbatasan space. Apalagi anak-anak koran yang space-nya sangat terbatas," serunya. Kedua, mereka (redaksi) itu menerima email banyak sekali. Dulu, Nurul dalam satu pagi bisa-bisa harus membaca puluhan email. Setelah membaca kadang-kadang dia malah bingung memutuskan email yang mana yang harus dia prioritaskan.

"Jadi siaran pers yang disampaikan oleh teman-teman media dan lain-lain itu bertarung dengan siaran pers dari teman-teman yang lain. Jadi email itu tidak akan terbaca seandainya Anda tidak menyampaikan satu subjek yang menarik atau satu badan email yang menarik sekali bagi media itu sendiri," imbuhnya.

Menurut Nurul, kuncinya adalah, satu: sampaikan subjek yang menarik. Tapi bukan kemudian yang berlebihan. Jadi subjek yang benar-benar menggambarkan satu isu utuh. Dan isunya itu jangan terkesan sangat bernuansa iklan. Kalau nuansanya iklan, redaksi akan berada dalam posisi serba salah untuk memutuskan mempublikasikannya atau tidak. Kalau diterbitkan nanti, jangan-jangan terjadi bentrok antara bagian bisnis dan ruang berita. Bahwa yang tiap hari diterima media itu dari 20 email sampai ratusan, itu bisa sangat beragam.

Dia meminta kesabaran bagi Humas untuk tidak langsung berputus asa, "Aduh kok rilis gua nggak dimuat ya?" Jadi dinasihatinya agar jangan berkecil hati karena fakta kesibukan redaksi memang seperti itu. Faktanya memang sepucuk rilis karya Humas harus bersaing dengan siaran-siaran pers dari perusahaan lain atau entitas yang berbeda.    

"Apalagi saya dulu adalah penanggung jawab rubrik, jadi saya bisa terima di desk saya ekonomi pun..., saya bisa terima rilis dari automotif, finansial, sektor ril, dan lainnya," ucap Nurul.     

img
Arpan Rachman
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan