New media (media baru) adalah semua media – mulai dari artikel surat kabar dan blog hingga musik dan podcast – yang disampaikan secara digital. Dari situs web atau email hingga ponsel dan aplikasi streaming, segala bentuk komunikasi terkait internet dapat dianggap sebagai media baru.
Media baru tidak selalu mengacu pada cara komunikasi tertentu. Beberapa jenis media baru, seperti surat kabar daring, juga merupakan “media lama” berupa surat kabar cetak tradisional. Media baru lainnya sama sekali baru, seperti podcast atau aplikasi smartphone. Menjadi lebih rumit untuk didefinisikan ketika mempertimbangkan bahwa seiring kemajuan teknologi, definisi tersebut terus berubah.
Itu memang terus berubah. Media baru pada hari ini, menjadi media lama pada esok hari. Ketika teknologi berkembang dan diadopsi secara luas, apa yang dianggap baru terus berubah. Dahulu kala, DVD dan CD adalah cara terbaru untuk menonton film dan mendengarkan musik. Sekarang, layanan streaming seperti Netflix dan Spotify lebih populer.
"Ke depan kita akan menghadapi satu universe yang disebut new media. Basis new media adalah digital. Tidak semua digital adalah media baru, tapi new media pasti digital. Jadi, itu adalah media masa depan yang harus kita pelajari sekarang. Kita mempelajari televisi, radio, dan media penyiaran lain sebagai pijakan atau basis historis agar kita bisa melihat media baru ini akan seperti apa," kata Prabu Revolusi, berbicara dalam serial webinar Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia, Jumat (4/3).
Menurut Prabu, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa ke depan media yang akan menjadi media utama publik adalah new media. Media baru itu menjadi bagian dari Web 2.0 dengan interaktivitas sebagai syarat utama satu media disebut media baru. Kalau tidak memunculkan interaktivitas, itu bukan media baru, karena new media ialah media yang lebih terdigitalisasi.
"Ketika media bisa melibatkan interaksi dari para pengikut (followers), pelanggan (subscriber), dan teman-teman di media sosial, selain ada tiga unsur lainnya, maka media dengan basis digital dan memungkinkan interaktivitas antara pemilik konten dengan penerima konten itu disebut media baru. Ke depan, media seperti itu akan menjadi media utama," ujar penyiar berita RCTI.
Ditambahkannya, internet memicu demokratisasi informasi. Informasi tidak lagi didominasi pusat kota, di mana-mana bisa tersebar dan disebarkan ulang. Penetrasi internet mencakup 73,7 persen penduduk Indonesia atau 202,6 juta orang di Januari 2021. Itu sebabnya penetrasi internet cepat sekali. Hal ini mengubah lanskap penduduk, bukan hanya pemberitaan, konten, dan hiburan, tetapi hampir semua elemen hidup dari bangsa ini berubah karena internet.
"Sekarang komunikasi politik mau tidak mau harus menggunakan internet. Dari 10 kandidat calon presiden (2024) di bursa survei, semuanya dijamin pasti memiliki akun YouTube, Twitter, dan Instagram. Kanal-kanal medsos menjadi jalur mereka menyebarkan informasi, sehingga komunikasi politik sekarang berubah," cetusnya.
Di sisi lain, katanya, muncul fenomena citizen journalist (jurnalis warga). Fenomena tersebut tercipta dari satu kondisi di mana masyarakat atau citizen bisa berkontribusi pada penyebaran konten. Artinya, masyarakat bisa membuat berita. Jurnalis warga itu melibatkan orang pribadi yang sebetulnya juga konsumen dari jurnalisme itu sendiri. "Kita adalah konsumen dari produk pemberitaan. Tetapi kita juga bisa membuat berita," pungkasnya. Jurnalis warga mulai marak seiring dengan lahirnya berbagai platform media baru.