close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Peluncuran AMSI Crisis Center Covid-19 dan webinar tentang edukasi penanganan Covid-19 bagi pekerja media, Selasa (27/7/2021). Dokumentasi AMSI
icon caption
Peluncuran AMSI Crisis Center Covid-19 dan webinar tentang edukasi penanganan Covid-19 bagi pekerja media, Selasa (27/7/2021). Dokumentasi AMSI
Media
Selasa, 27 Juli 2021 21:38

Edukasi pekerja media, AMSI luncurkan Crisis Center Covid-19

Personalia AMSI Crisis Center juga diisi para ahli dan profesional guna membantu pekerja media yang terpapar Covid-19.
swipe

Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) membentuk AMSI Crisis Center Covid-19 menyusul meningkatnya jumlah pasien, termasuk pekerja media dan keluarganya. Program diluncurkan pada hari ini (Selasa, 27/7) bersamaan dengan webinar "Edukasi Penanganan Covid-19 bagi Pekerja Media".

AMSI Crisis Center Covid-19 dipimpin Koordinator Utama, Upi Asmaradhana (CEO KGI Network), dan melibatkan pengurus AMSI pusat dan daerah hingga para ahli di bidangnya masing-masing, seperti dokter, psikolog, agamawan, dan lain-lain.

"Tim (Crisis Center) ini akan memberikan edukasi (preventif) pada anggota yang terpapar agar cepat pulih dengan harapan menurunkan angka fatalitas dan ke depan, tidak ada lagi anggota yang terpapar. Ini adalah upaya di tengah keterbatasan kondisi saat ini," kata Upi dalam keterangannya, beberapa saat lalu.

Ketua Umum AMSI, Wenseslaus Manggut, menambahkan, Crisis Center ini dibentuk untuk membantu para anggotanya yang terpapar Covid-19. "Kami ini membantu pekerja media yang bingung saat awal terpapar, baik dari aspek medis, psikologi, dan lain-lain sehingga membutuhkan kolaborasi dengan para ahli."

Sementara itu, Ketua Dewan Pers, Mohammad Nuh, mengatakan, pembentukan AMSI Crisis Center merupakan sebuah langkah nyata. Dewan Pers mengapresiasinya karena bertujuan meringankan beban pekerja media.

Nuh melanjutkan, diperlukan upaya-upaya bersama yang tepat sesuai kasus yang dihadapi saat kondisi turbulensi Covid-19.

"Diperlukan inovasi atau terobosan baru untuk menyelesaikan masalah baru, yang saat ini masih menjadi misteri ini. Perlu pendekatan multisektor, dilakukan bersama-sama didasari empati. AMSI Crisis Center-19 ini adalah bentuk empati," tuturnya saat membuka sekaligus meluncurkan AMSI Crisis Center Covid-19.

Adapun Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Adib Khumaidi, menyebut, konsep yang dibuat AMSI sejalan dengan yang akan didorong IDI, penguatan masyarakat sipil (civil society) untuk menjaga komunitasnya dari risiko paparan, sakit, hingga mengurangi tingkat keparahan dan meninggal.

"Kami siap mendukung agar pekerja media tetap sehat melalui telemedicine atau konsultasi karena virus ini akan terus bermutasi. Yang bisa diintervensi adalah lingkungan dan orang-orangnya dengan membuat aturan untuk mengurangi risiko paparan," paparnya.

Sedangkan psikolog Sani Budiantini menyatakan, menjaga kesehatan mental pekerja media perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan atau terapi bagi pasien Covid-19.

"Jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan rasa tidak sanggup menghadapi kondisi ini," jelasnya. Menjaga kesehatan mental dapat dilakukan profesional atau orang-orang di lingkungannya dengan teknik yang baik.

Adapun Direktur Pyridam Farma Tbk, Widjanarko Brotosaputro, mengingatkan, pasien Covid-19 perlu berhati-hati dalam mengonsumsi obat-obatan dengan memerhatikan petunjuk dokter dan kondisinya.

"Mengonsumsi vitamin tidak boleh berlebihan, perlu konsultasi dengan dokter atau apoteker. Jangan sampai karena takut Covid-19 kemudian mengonsumsi obat-obat atau vitamin tanpa memperhatikan peruntukannya atau minum di luar takaran dosis. Apalagi jika mengonsumsi antibiotik atau antivirus," tandasnya.

img
Marselinus Gual
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan