Facebook dan Instagram yang terhimpun dalam Meta akan mengizinkan pengguna di beberapa negara untuk menyerukan kekerasan terhadap Presiden Vladimir Putin dan tentara mereka yang sedang melakukan invasi terhadap Rusia.
Melansir BBC, Jumat (11/3), Meta menyebutkan mereka tidak akan menyensor kata-kata yang mengutuk pejabat Rusia dan dan tentara mereka. Namun, seruan kekerasan terhadap warga sipil Rusia tetap tidak diizinkan. Sebagai tanggapan, Rusia meminta Amerika Serikat untuk menghentikan kebijakan raksasa media sosial itu yang dianggap terlalu ekstrem.
"Mengingat invasi yang sedang berlangsung ke Ukraina, kami membuat pengecualian sementara bagi mereka yang terkena dampak perang, untuk mengekspresikan sentimen kekerasan terhadap invasi angkatan bersenjata," kata juru bicara Meta.
Di bawah kebijakan yang diubah, pengguna di negara-negara termasuk Rusia, Ukraina dan Polandia juga akan dapat menyerukan sumpah serapah kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Belarusia Lukashenko yang menjadi sekutu mereka. Saat ini banyak email yang sampai ke Facebook yang menyebutkan seruan kematian kepada kedua pemimpin tersebut. Semuanya diizinkan kecuali yang menargetkan pihak lain.
Seruan untuk kekerasan terhadap Rusia juga diizinkan ketika posting tersebut jelas merujuk pada invasi Ukraina. "Kami menuntut agar pihak berwenang AS menghentikan kegiatan ekstremis Meta, mengambil langkah-langkah untuk membawa para pelaku ke pengadilan," kata kedutaan Rusia di AS di Twitter.
Sementara itu, Rusia mengumumkan pekan lalu bahwa mereka memblokir Facebook dan platformnya, serta mencatat 26 kasus diskriminasi terhadap media Rusia oleh Facebook sejak Oktober 2020. Meski banyak pemblokiran, akses ke Facebook tidak ditutup sepenuhnya oleh negara tersebut. Orang-orang yang berada di Rusia tetap memperoleh akses terbatas. Moskow juga telah membatasi akses ke semua media sosial yang menyerukan invasinya terhadap Ukraina.