Publik sepakbola Indonesia tengah menanti kedatangan juara Piala Dunia 2022, Argentina. Rencana kedatangan Messi cs ini sudah membuat jagat sepakbola Indonesia bergemuruh, lebih booming dari Coldplay. Katanya begitu.
Setidaknya Erick Thohir, sebagai Ketua Umum PSSI sangat percaya diri mengatakan bahwa animo masyarakat atas duel Indonesia vs Argentina akan jauh lebih heboh dari perburuan tiket konser Coldplay.
Erick mengutip komentar di sosial media di mana ada yang bilang bahwa "Coldplay, beberapa tahun lagi bisa datang, tetapi tidak dengan timnas Argentina."
Timnas Argentina ke Indonesia belum tentu 20-30 tahun sekali datang.
"Ini pertandingan bersejarah buat Argentina buat Indonesia dan tentu generasi muda pesepakbola Indonesia. Sudah diajak main sama Argentina, apa mentalnya masih di bawah atau sudah di atas? Ini mental yang dibangun," kata Erick Thohir saat konferensi pers, Rabu (24/5).
Erick rasanya tidak berlebihan. Kedatangan Argentina di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Juni nanti akan menjadi momen yang bernilai sejarah. Siapa pun yang mencintai sepakbola di Tanah Air ini, terutama yang menyaksikan langsung laga tersebut, akan terus mengenangnya. Bagi penonton, terlebih para pemain yang terlibat dalam laga itu.
Memang, dalam kurun waktu 15 tahun, Indonesia hanya kedatangan dua timnas raksasa dunia yakni Uruguay dan Belanda. Setelah itu, ada Islandia.
Uruguay datang menghadapi Indonesia pada Oktober 2010, kemudian timnas Belanda menyatroni Jakarta, pada Juni 2023. Yang terbaru adalah Islandia pada Januari 2018. Namun, Argentina tentu lain cerita.
Setidaknya mereka punya tiga magnet yang nilainya di atas timnas yang pernah datang ke Indonesia itu - dengan segala hormat. Pertama, nama besar Argentina, yang memiliki banyak penggemar di seluruh dunia termasuk Indonesia, kedua mega bintang, Lionel Messi dan yang terakhir status timnas Argentina sebagai juara Piala Dunia 2022. Hanya berjarak sekitar lima bulan setelah kesuksesan itu, Argentina datang ke Indonesia. Ini memang 'wow'.
Berkaca pada Memori Malaysia vs Brasil 2002
Negeri Jiran, Malaysia pernah kedatangan Brasil, sebelum Piala Dunia 2022. Tim Samba menggoncang Malaysia dengan skor 4-0. Skor tidak penting, karena hasil itu sudah sesuai prediksi. Namun, memori tentang duel Rivaldo cs vs Harimau Malaya itu tetap hidup sampai sekarang.
Dalam podcast 'Bola itu Life' di kanal Youtube Astro Arena, host Keesh Mat Stats memutar memori duel bersejarah itu. Ia mengatakan bahwa siapa pun yang menonton pertandingan itu, umumnya bilang bahwa laga tersebut adalah di antara memori termanis publik sepakbola Malaysia.
"Bahkan Amat Shahrul Azhar, kapten Perak FC, dalam hidup dia, banyak memenangkan banyak piala, tetapi saat saya jumpa dia, sesuatu yang membuat antusias dia melonjak, ketika dia menceritakan pengalamannya main lawan Rivaldo. Sampai lepas game, dia bertukar jersey dengan Rivaldo. Dia simpan jersey Rivaldo itu sampai sekarang," kata Keesh.
Rekan hostnya, Faiz Gurun menimpali." AA waktu lawan Manchester United, dia kapten. Dia pesan ke pemain lain tidak ada yang boleh tukar jersey dengan Beckham selain dia."
Faiz mengatakan bahwa memori melihat timnas Argentina akan tertancap kepada siapa pun yang ikut menyaksikan. Misal anak kecil yang menonton laga itu, sampai tua dia akan memelihara kenangan atas pertandingan tersebut.
Keesh juga mengulas bahwa ia berharap kedatangan tim sekelas Argentina ke Indonesia akan menjadi momentum yang mengubah cara orang melihat Indonesia.
"Semua pemain impor yang pernah main di Indonesia, yang tak kenal Indonesia sebelum itu, namun setelah mereka main di Indonesia, presepsi mereka terhadap sepakbola Indonesia itu berubah," ujar Keesh.
Keesh mengaku pernah bertemu Michael Essien, dan mewawancarainya ketika eks pemain Real Madrid dan Chelsea itu sudah tidak lagi bermain di Liga Indonesia. Essien yang pernah bermain di Persib Bandung itu membuat pengakuan yang mengejutkan.
"Essien pernah bermain di derby London, El Classico, Milan derby, dia cakap pertandingan paling hangat dalam hidup dia, dari yang dia pernah main, itu adalah derby Persija vs Persib Bandung. Bukan classico, bukan....(yang lain). Cara dia melihat pendukung budaya di Indonesia itu meletupkan pikiran dia," kisah Keesh.
"Ini perfect oppurtinity, sebab dia yang datang kali pertama ke Indonesia apakah bermain, menonton ataupun melibatkan diri, akan terjebak, kecanduan dengan budaya sepakbola Indonesia, macam kita lah Faiz. Kita sekali dua kali tengok ke Indonesia, jadi kecanduan, kalau tidak melihat sehari dua hari bola Indonesia. Karena meriahnya ada budaya yang luar biasa."
"No place like it," timpal Faiz.
"No place like it," ulang Keesh.
Keesh berharap laga Indonesia vs Argentina akan menjadi pesta sehingga para pemain Argentina yang juga berasal dari lingkungan sepakbola yang luar biasa, setelah bertanding di Jakarta, mereka akan pulang membawa pertandingan di Jakarta sebagai kenanangan yang selalu diingat.