close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
ilustrasi. foto Pixabay
icon caption
ilustrasi. foto Pixabay
Media
Jumat, 08 Juli 2022 20:11

Internet, IT, dan medsos seperti pisau bermata tiga

Menurut Okky, kalau seseorang memarahi orang lain secara face-to-face, paling-paling hari itu saja kedua orang itu bersama.
swipe

Geliat media sosial dan dunia jurnalistik hari ini mewarnai rangkaian Dies Natalis 31 tahun Prapala Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa AWS), Jumat (1/7).

Sebenarnya medsos bukan media massa. Jadi, seharusnya kiat yang dipegang ialah "saring before sharing", bahkan sebelum menerima konten di media online juga. Orang perlu menyaring konten yang diterima pertama kali. Setelah menyaringnya, kemudian memutuskan konten itu dibagikan kepada orang lain atau tidak perlu disebarkan.

Contohnya, pada tahun 2019, ketika hasil pemilu diumumkan begitu cepat, ternyata bukan hasil yang sebenarnya. Saat itu, akses internet dibatasi pemerintah dengan asumsi supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Itu salah satu upaya pemerintah agar kejadian terburuk tidak terjadi.

"Internet, IT (Information Technology), dan media sosial itu seperti pisau bermata tiga. Pertama, bisa melukai orang lain. Anda bisa melakukan apapun melalui teknologi ini. Mungkin bisa mem-bully orang atau memberi info hoaks, dan sebagainya. Itu bisa melukai orang, bahkan lukanya medsos itu lebih dalam dibandingkan kalau ketemu secara nyata," kata Okky Tri Hutomo, pengamat sosial media dan pakar IT.

Menurut Okky, kalau seseorang memarahi orang lain secara face-to-face, paling-paling hari itu saja kedua orang itu bersama. "Tapi kalau Anda membuat sakit hati orang di medsos, yang membaca banyak, yang membagikan juga banyak, maka di situlah Anda mengalami proses yang luar biasa terganggu," tambahnya.

Diteruskannya bahwa pisau kedua dari internet, IT, dan medsos, yakni bisa dipakai untuk perlindungan diri. Ketiga, digunakan untuk manfaat seperti berniaga daring atau bertemu teman lama.

Anggota Dewan Pembina TIK Indonesia Kementerian Kominfo itu menguraikan cara 'Bijak Bermedia Sosial'. Sementara di dunia jurnalistik, katanya, tidak sekadar prinsip 5W1H tapi kredibilitas berita harus bisa dipertanggungjawabkan.

"Mereka yang sengaja membuat isu, melemparkan opini, yang itu bertolak belakang dengan fakta berita, info sesungguhnya, menurut pendapat saya, itu bukan jurnalistik," ujar Okky.

Dikatakannya, seorang jurnalis akan mengalami proses untuk mencari sumber yang sebenar-benarnya. Andaikata sumbernya sulit dicari, sementara jurnalis harus mengeluarkan berita. Misalnya, sumbernya tidak mau bicara, sedangkan jurnalis dituntut untuk menulis berita itu karena takut media lain mempublikasikan lebih dulu.

"Jurnalisnya harus jujur menulis, bahwa sumber sudah ditemui, tapi sumber itu belum bersedia menyampaikan informasi, sehingga yang menjadi berita turunannya belum dapat disampaikan ke khalayak umum," imbuhnya.

Okky melanjutkan bahwa itu jauh berbeda dari orang yang memvonis sesuatu, menurut pikirannya dia, sesuai justifikasi dia sendiri, namun tidak sesuai dengan kondisi fakta sesungguhnya. Akhirnya akan muncul sesuatu yang mengundang keresahan.

img
Arpan Rachman
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan