Pengamat media dari Universitas Andalas, Syaiful Wahab, mengatakan di era digital seperti saat ini, sebaiknya media massa tetap memproduksi berita versi cetak atau manual. Alasannya, jika hanya mengandalkan versi digital, akan banyak sekali ditemukan kelemahan. Kelemahan itu dikhawatirkan rentan disalahgunakan untuk kepentingan orang tak bertanggung jawab.
“Versi cetak meskipun jangkauannya terbatas, namun masih lebih akurat dan valid untuk digunakan sebagai bahan pembuktian atas sebuah kebenaran atau fakta,” kata Syaiful pada Senin (11/2).
Syaiful menyatakan demikian bukan tanpa sebab. Pasalnya, saat ini pers kerap terjebak dengan isu-isu sampah atau tidak mendidik bagi masyarakat. Sebagai media, mestinya peranan pers bisa mencerdaskan masyarakat dan membangun peradaban.
“Karena dengan pers orang menjadi tahu, bertambah pengetahuan dan ilmunya,” ujarnya.
Menurut dia, mencermati peringatan Hari Pers Nasional yang jatuh pada 9 Februari 2019, jika Pers mendorong masyarakat memiliki pengetahaun yang tinggi, maka akan semakin tinggi peradaban. Dengan begitu, akan semakin tinggi pula kebudayaan.
Kebudayaan, kata Syaiful, berisi cipta, rasa maupun karya. Karena itu, ia berharap pers semakin tinggi hasil karya dan tata kramanya. Juga tidak perlu ikut-ikutan layaknya media sosial yang tidak jelas cita rasa dan tata kramanya.
“Pers harus konsisten dengan kode etik jurnalistiknya. Di samping itu, harus jelas visi serta segmen masyarakat yang hendak dijangkau, tidak perlu terjebak dengan isu-isu sampah yang tidak mendidik," katanya.
Menurut Syaiful, saat ini terkadang justru pers sendiri yang ikut-ikutan membuat isu sampah yang akhirnya berkembang semakin viral atau menjadi trending topik di masyarakat. Jika demikian, akhirnya pers bukan lagi mencerdaskan tetapi justru malah membodohi masyarakat.
“Dampak selanjutnya pada akhirnya peradaban atau kebudayaan kita tidak juga membaik,” kata Syaiful.
Sedangkan bagi media massa audio visual, menurut Syaiful, tantangan terberatnya adalah profesionalisme dalam mencari sumber berita. Sebab, merebaknya citizen journalism atau masyarakat terlibat aktif menjadi jurnalis dengan memberikan informasi langsung dari lokasi kejadian sangat berbahaya jika tidak disertai dengan kode etik jurnalistik.
Masyarakat, katanya, memang membutuhkan informasi langsung, tetapi kadang-kadang informasi tersebut tidak jarang justru menambah parah kekisruhan yang terjadi.
" Oleh karena itu insan Pers harus mampu menangkal informasi citizen journalism ini dengan sajian berita yang lebih profesional, seimbang dan mendidik," kata Syaiful. (Ant)