Ada apa dengan masyarakat kita yang menanggapi sinis dan menilai berlebihan atas reaksi Penyanyi Via Vallen atas pelecehan seksual yang menyerangnya? Seperti judul artikel Tirto.ID, Via Vallen melawan pelecehan dan dia harus didukung. Seperti itulah seharusnya sikap masyarakat Indonesia saat ini.
Mengapa? Jawaban paling mudah adalah karena penyanyi dangdut dengan spesialis dangdut koplo ini bukan dalam menampilkan foto syur atau seksi dalam halaman akun instagramnya. Via hanya mengunggah gambar untuk mengajak para pengikut atau follower di instagramnya untuk mengkaver lagunya berjudul Jerit Atiku.
Selain respons semangat para followernya untuk mengikuti kompetisi kaver lagu Via, rupanya ia mendapat direct message yang disebut Via berasal dari pemain sepak bola yang justru membuat kesal Via dan dianggap melecehkan dirinya sebagai perempuan. Saat ia berusaha melawan dan berani untuk bersuara seperti yang telah dilakukan oleh aktris Hollywood dengan gerakan #MeeToo, justru Via harus menanggung beban moril dari komentar warganet.
Memang tidak sedikit yang membela Via, tapi sangat disayangkan bila perspektif budaya media sosial warganet masih menampilkan sikap tidak empati kepada korban. Sikap tidak membela dan menilai berlebihan Via yang mendapat pesan " I want u sign for me in my bedroom, wearing sexy clothes" menganggap enteng bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan.
Maka perempuan didorong untuk berani melaporkan segala bentuk pelecehan kepada aparat hukum. Seperti yang dilaporkan Alinea.id, Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily mengimbau, para korban bullying dan pelecehan seksual untuk melaporkan kasusnya ke pihak yang berwajib karena tindakan tersebut tidak dibenarkan secara etika maupun hukum.
Tentu hal tersebut perlu mendapat dukungan. Jangan memberikan ruang bagi terjadinya pelecehan seksual baik di jalan, media sosial ataupun lingkungan sekitar.
Masyarakat harus sadar bahwa pelecehan seksual bukan sekedar sentuhan secara fisik atau pemerkosaan. Tapi juga main mata, siulan nakal, komentar berkonotasi seks atau gender hingga humor porno.
Dalam kasus Via Vallen, kategori pelecehan seksual yang bisa dialamatkan oleh pelakunya adalah kategori seduction dimana pelecehan seksual berupa rayuan seksual, kata-kata sensual yang diucapkan secara senonoh. Misalkan, tiba-tiba mengajak kencan atau dalam pembicaraan mengandung hal-hal berbau seksual.
Trauma korban
Tidak sedikit para korban yang mengalami pelecehan seksual mengalami trauma hebat atas pelecehan yang dialami. Bahkan bisa memicu gangguan stres yang dialami korban atau yang sering disebut dengan gangguan stress pasca trauma atau post traumatic stress disorder atau PTSD.
Sebagai informasi, PTSD merupakan sindrom kecemasan, labilitas autonomik, ketidakrentanan emosional, dan kilas balik dari pengalaman yang amat pedih, itu setelah stres fisik maupun emosi yang melampaui batas ketahanan orang biasa. PTSD dapat menyerang siapapun yang telah mengalami kejadian traumatik dengan tidak memandang usia dan jenis kelamin.
National Institute of Mental Health (NIMH) mendefinisikan PTSD sebagai gangguan berupa kecemasan yang timbul setelah seseorang mengalami peristiwa yang mengancam keselamatan jiwa atau fisiknya. Bahkan penderita PTSD dapat dikategorikan sebagai kondisi yang mencekam, mengerikan dan mengacam jiwa seseorang.
Penderita PTSD pun memerlukan dukungan dari lingkungan sosialnya untuk dapat menghilangkan traumatik. Selain disarankan untuk mencari pertolongan dan berkonsultasi dengan para profesional, para penderita PTSD memang harus mendapat dukungan lingkungan keluarga.
Jangan sampai, para penderita kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain sehingga tidak lagi mengalami pengalaman yang menyedihkan. Lalu bagaimana sikap warganet seharusnya? Mari dukung gerakan untuk bersuara melawan, "speak up" dan melawan bentuk pelecehan seksual.
Riset Alinea.id menunjukkan terkait berita online Via Vallen dan pelecehan seksual yang terjadi, ada 274 media lokal yang memberitakan berita tersebut. Paling banyak berasal dari Grup Tribun yang terdiri dari Tribun News Jakarta, Kupang, Makasar, Kalimantan dan Medan yang beritanya berkisar antara 19 berita sampai 12 berita dalam kurun waktu harian. Sisanya, dimuat pada berita Vivanews, Bangka Post, Detik, Indo Sport, Rakyat Bengkulu hingga Suara.com berkisar antara 10 berita.