close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kegiatan pelatihan literasi digital oleh Prodi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi FKB Telkom University dengan melibatkan penghayat Aliran Kebatinan Perjalanan di Desa Pakutandang, Kabupaten Bandung, Jabar, pada Minggu (8/1/2023). Dokumentasi pr
icon caption
Kegiatan pelatihan literasi digital oleh Prodi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi FKB Telkom University dengan melibatkan penghayat Aliran Kebatinan Perjalanan di Desa Pakutandang, Kabupaten Bandung, Jabar, pada Minggu (8/1/2023). Dokumentasi pr
Media
Senin, 09 Januari 2023 20:36

Cegah hoaks, Telkom University ajak penghayat Aliran Kebatinan Perjalanan kritis

Warga penghayat Aliran Kebatinan Perjalanan diminta tak terpancing dengan provokasi berupaya ujaran kebencian yang ada di media sosial.
swipe

Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi & Bisnis (FKB) Telkom University Bandung mengadakan pelatihan literasi guna mencegah penyebaran hoaks di kalangan penghayat Aliran Kebatinan (AK) Perjalanan. Kegiatan ini terlaksana dengan menggandeng Dewan Musyawarah Daerah (DMD) AK Perjalanan di Desa Pakutandang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (Jabar), pada Minggu (8/1). 

"Kami fokus pada pelatihan literasi digital untuk meningkatkan kemampuan digital dan daya kritis teman-teman penghayat AK Perjalanan dalam merespons informasi di dunia siber saat ini," kata Ketua Kegiatan Pengabdian Masyarakat FKB Telkom University, Catur Nugroho, dalam keterangannya, Senin (9/1).

Kegiatan ini diharapkan meningkatkan pemahaman dan keterampilan warga AK Perjalanan Bandung dalam memanfaatkan teknologi dan media digital. Sebab, menurut Catur, meningkatnya kemampuan literasi ini akan bermanfaat, terutama bagi generasi muda AK Perjalanan, sehingga bijak dalam menggunakan teknologi digital.

Sementara itu, Ketua DMD AK Perjalanan, Ade Witarsa, berharap kegiatan tersebut turut mempererat kerja sama antara Telkom University dengan AK Perjalanan Jabar, terutama dalam memperkokoh nilai-nilai luhur budaya bangsa, demi kesinambungan kehidupan dan penghidupan yang harmoni pada masa depan.

Kegiatan ini menghadirkan dua akademisi Telkom University sebagai pembicara, yakni Soni Sadono dan Rana Akbari Fitriawan. Adapun dosen Prodi Ilmu Komunikasi, Moh. Faidol Juddi, menjadi moderator diskusi.

Dalam paparannya, Soni menyampaikan materi terkait kompetensi yang harus dimiliki individu saat berselancar di dunia maya dengan aman dan efektif. Kata dosen Fakultas Industri Kreatif ini, warga internet (netizen) harus mempunyai kemampuan teknis tentang pemanfaatan teknologi dan media digital serta pemahaman kritis terkait kemampuan memproduksi konten dan memanfaatkan fungsi media digital untuk hal yang positif.

Masih menurut Soni, warganet juga diharapkan memahami pengetahuan tentang media digital dan regulasinya serta perilaku dalam menggunakan media digital. Doktor Kajian Budaya alumni Unpad berpendapat, kemampuan komunikasi dan membangun relasi sosial melalui media digital penting dimiliki warga penghayat agar dapat berpartisipasi aktif dengan masyarakat luas dengan memproduksi dan mengkreasikan konten-konten media digital.

Sementara itu, Rana menyampaikan, warga harus mulai bisa membedakan antara informasi dengan berita. Dirinya menerangkan, informasi yang tidak dapat diverifikasi kebenarannya tak layak disebut sebagai berita.

Karenanya, salah satu pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung ini menyarankan warga penghayat AK Perjalanan melakukan cek dan memvalidasi informasi dengan melihat pemberitaan dari sumber lain yang kredibel. Pun memastikan konten akurat, benar, dan bermanfaat sebelum dibagikan ke dunia maya.

Kegiatan ini dihadiri sekitar 50 warga penghayat AK Perjalanan ini. Peserta, yang sebagian besar generasi muda, antusias dengan acara tersebut lantaran terdapat sesi diskusi yang memberikan kesempatan kepada para hadirin untuk bertanya dan berpendapat tentang literasi digital.

Salah satu perserta, Dani, sempat bertanya tentang cara menghadapi ujaran kebencian yang muncul terkait keberadaan AK Perjalanan. Apalagi, masih banyak masyarakat yang belum memahami keberadaan masyarakat penganur aliran kepercayaan yang dilindungi hukum di Indonesia.

Rana menilai, warga penghayat AK Perjalanan sebaiknya tak terpancing dengan provokasi berupa ujaran-ujaran kebencian yang ada. "Disinformasi seperti ujaran kebencian memang sengaja dibuat salah atau dipalsukan, kemudian dibagikan secara sengaja untuk menyebabkan kerugian bagi individu, kelompok, organisasi, bahkan negara."

img
Fatah Hidayat Sidiq
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan