Di Indonesia, perkebunan tembakau sangat luas. Hal ini menyebabkan degradasi lahan yang sebenarnya merupakan masalah serius bagi lingkungan hingga kerusakan lahan. Sekitar 200.000 hektar lahan dialokasikan untuk perkebunan tembakau untuk seluruh Indonesia.
"Saya pikir ini juga akan menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat serius di negara ini. Dan saya pikir ini bukan hanya tentang degradasi lahan, tetapi juga berbahaya bagi kesehatan manusia," kata Dianita Sugiyo, salah satu panelis dalam webinar Talking trash: Behind the tobacco industry's 'green' public relations, pada Kamis (12/5).
Dianita merupakan Wakil Direktur Muhammadiyah Steps (sebelumnya bernama Muhammadiyah Tobacco Control Centre-MTCC), sebuah pusat penelitian di bawah Lembaga Penelitian dan Inovasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Indonesia.
"Kita sudah tahu tentang bahaya perokok pasif, tetapi yang lebih penting juga bahwa di perkebunan tembakau, khususnya di Indonesia, banyak anak-anak yang terlibat dalam menggarap lahan. Sehingga pekerja anak sering ditemui di Indonesia. Human Right Watch juga menemukan hampir setengah dari anak-anak yang diwawancarai melaporkan sindrom keracunan nikotin ketika mereka mengolah tembakau," sambungnya.
Dikatakan, itu juga dikenal sebagai bahaya tembakau bagi masyarakat, apalagi bagi kesehatan anak-anak yang bekerja di perkebunan. Hal ini juga terjadi di Indonesia.
Menurut Asian Conservatory Global Report pada tahun 2021, terungkap sekitar 20 persen dari seluruh potongan sampah yang ditemukan sekitar 183 kilometer dari daratan pesisir di Indonesia terdiri dari banyak kandungan tembakau.
"Jadi, saya pikir itu adalah satu-satunya sumber sampah terbesar sejauh ini. Dan di Indonesia polusi udara juga masih menjadi masalah yang tinggi. Diperlukan upaya bagaimana penegakan area bebas asap rokok bagi negara ini," katanya.
Moderator Armando Peruga kemudian bertanya tentang kerusakan lingkungan apa yang terjadi pada industri tembakau di Indonesia. Apa pengalaman Dianita di bidang itu?
"Kami telah melihat banyak kasus di Indonesia. Salah satu contoh industri tembakau di Indonesia, industri tembakau yang sangat besar di Indonesia adalah Sampoerna. Mereka memiliki program Sampoerna untuk Indonesia," jawab Dianita.
Dijabarkannya, di mata publik, itu sepertinya hanya nama proyek belaka. Sungguh industri rokok kemudian seperti menjadi pahlawan bagi negara. Mereka memiliki skema proyek yang sebenarnya merupakan proyek daur ulang dari barat yang dilakukan oleh Sampoerna.
Tak hanya itu, rente tembakau lain di Indonesia bernama Djarum juga memiliki CSR di Indonesia. Mereka memiliki program bernama pohon untuk kehidupan yang melakukan kampanye di Indonesia dengan menanam 15.000 pohon untuk mengurangi emisi karbon di Sumatera. Mereka juga menerapkan CSR di kuil-kuil di Indonesia, yang mereka disebut "candi darling" sebagai bagian dari program greenwash untuk industri tembakau.
Dianita juga Dosen Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Sekolah Keperawatan UMY dan anggota Jaringan Pengendalian Tembakau Muhammadiyah di tanah air.
Bersama tim, ia telah bekerja di advokasi pengendalian tembakau di Indonesia sejak 2012. Saat ini, Dianita sedang mengambil program PhD-nya di Johann Wolfgang Goethe Universität, Frankfurt, Jerman, jurusan diagnostik pra-kelahiran pada paparan merokok di dalam rahim di kalangan ibu hamil.
Webinar ini dipersembahkan oleh World Health Organization Framework Convention on Tobacco Control (WHO FCTC). Menjelang Hari Tanpa Tembakau Sedunia, 31 Mei 2022, acara ini mengekspos praktik destruktif industri tembakau yang mempengaruhi lingkungan serta taktik greenwashing mereka, dan menunjukkan cara untuk membatasi praktik ini melalui langkah-langkah kebijakan dan kampanye peningkatan kesadaran.