Aparat kepolisian menangkap 12 orang terkait aksi bom bunuh diri di Polrestabes Medan, Sumatera Utara. Menurut Wakapolda Sumatera Utara Brigjen Pol Mardiaz Kusin Dwihananto mengatakan, ke-12 orang tersebut masih belum ditetapkan sebagai tersangka.
Mereka yang ditangkap masih memiliki hubungan dekat dengan pelaku bom bunuh diri yang terjadi pada Rabu (13/11). Polisi masih melakukan pemeriksaan untuk memastikan keterlibatan dalam aksi terorisme yang dilakukan Rabbial Muslim Nasution.
"Ada sekitar 12 orang yakni orang tua dari pelaku, mertuanya, istrinya, kakak si pelaku, kemudian tetangganya juga ada. Ini masih kita periksa, statusnya masih saksi," ujar Mardiaz di Polrestabes Medan, Kamis (14/11).
Menurutnya, polisi masih belum berhenti menyelidiki orang-orang yang berhubungan dengan pelaku. Hal ini dilakukan untuk mengungkap jaringan teroris Rabbial yang sejauh ini dianggap sebagai pelaku lone-wolf terrorist, teroris tanpa organisasi yang melakukan aksinya seorang diri.
Dari penggeledahan di sejumlah lokasi, polisi mengamankan barang bukti yang dicurigai sebagai bahan peledak. Di rumah Rabbial, polisi juga menemukan sejumlah barang yang diduga menjadi bahan dan peralatan untuk melakukan aksi teror.
"Dari rumahnya ada ditemukan beberapa barang bukti berupa pipa berisi kandungan kimia, panah beracun, dan alat las," katanya.
Mardiaz juga mengatakan, istri Rabbial berinisial DA, mengaku mereka kerap melakukan pengajian eksklusif. Hanya saja, polisi belum memastikan pengajian tersebut berkaitan dengan aksi terorisme yang dilakukan Rabbial.
Di tempat berbeda, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, DA diduga telah merencanakan aksi terorisme di Bali.
Rencana tersebut dirancang DA bersama rekannya seorang napi teroris berinisial I, yang saat ini menjalani hukuman di Lapas Kelas II Medan.
DA diduga terpapar radikalisme karena pengaruh I, yang kerap menjalin komunikasi melalui media sosial. DA diduga lebih dulu terpapar radikalisme daripada suaminya.
"Di dalam jejaring komunikasi media sosial, mereka merencanakan aksi terorisme di Bali. Itu lagi didalami dan dikembangkan," kata Dedi di Jakarta, Kamis (14/11). (Ant)