16 juta dosis vaksin Covid-19 produksi Sinovac, China, tiba di Indonesia dalam bentuk bahan baku atau bulk. Kedatangan tahap ketujuh di Bandar Udara Soekarno Hatta Tangerang Banten ini, menambah ketersediaan vaksin Covid-19 di Indonesia.
“Kami berhasil mendatangkan vaksin Covid-19 tahap ke-7 dari keseluruhan tahap sebesar 16 juta vaksin dalam bentuk bulk,” ujar Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono dalam keterangan pers virtual, Kamis (25/3).
Secara kumulatif, Indonesia telah memiliki 53,5 dosis vaksin Covid-19. Kedatangan ketujuh ini dibawa pesawat milik maskapai Garuda. Kemudian, tiga unit truk akan mengirimnya ke Bio Farma di Bandung Jawa Barat, untuk diproses lebih lanjut.
Setelah diproduksi Bio Farma, vaksin Covid-19 akan dievaluasi dari segi mutu hingga keamanannya. Lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menerbitkan emergency use authorization (EUA) agar vaskin Covid-19 dapat digunakan dalam program vaksinasi pemerintah.
Ketersediaan vaksin Covid-19, kata dia, sangat vital dalam keberhasilan pelaksanaan program vaksinasi. Hingga saat ini, pengaturan ‘ritme’ kecepatan penyuntikan masih disesuaikan dengan ketersediaan vaksin Covid-19.
“Dengan adanya suplai tambahan vaksin Covid-19 yang baru pada hari ini, tentu kecepatan (penyuntikan) vaksin per hari akan terus kita tingkatkan, sehingga kita akan mencapai 181,5 juta vaksin yang akan dijadikan target untuk memperoleh herd immunity (kekebalan kelompok) secepat cepatnya,” ucapnya.
Sebelumnya, Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio mengungkapkan, berbagai kendala mencapai kekebalan kelompok, dari segi ketersediaan vaksin Covid-19. Sebab, vaksin yang diterima Indonesia tidak dapat langsung digunakan.
"Ketika vaksin pertama (Sinovac) datang semuanya diberitakan dengan gegap gempita, tetapi tidak serta merta besoknya vaksin itu bisa available. Ada proses disimpan dulu dari Jakarta ke Bandung (PT Biofarma). Dari Bandung dikirim lagi ke kota-kota lain. Ada proses storage and distribution yang ternyata tidak terlalu mulus," ucapnya dalam diskusi Alinea Forum ‘Peta Jalan Menuju Herd Immunity’, Rabu (17/3).
Kendala distribusi semakin kentara ketika mengamati kondisi geografis Indonesia yang berpulau-pulau. Apalagi, banyak daerah yang cukup sulit untuk dijangkau. Kedua, terkait rantai dingin (proses menjaga suhu vaksin dalam kondisi idealnya agar kualitas terjaga sampai pelaksanaan vaksinasi) selama distribusi. Sebab, setiap merek vaksin Covid-19 membutuhkan penyimpangan dalam kulkas dengan suhu berbeda-beda.
Ketiga, terkait kadaluarsa vaksin Covid-19. Masa kedaluarsa berbagai vaksin tidak terlalu panjang. Padahal, distribusi vaksin membutuhkan waktu. Terlebih, jarak antara dosis pertama dan kedua juga 2-4 minggu. Keempat, kendala prioritas penerima vaksin Covid-19. Target penyuntikan 1 juta per hari masih cukup jauh saat ini. Kelima, pemborosan akibat pelaksanaan vaksinasi tidak mencapai target tertentu, sebagaimana telah diperhitungkan sesuai ketersediaan. Misalnya, disebabkan calon penerima vaksin Covid-19 yang terdaftar tidak hadir. Di sisi lain, masih banyak orang masih meragukan dan menolak divaksin.