Sebanyak 191.807 personel gabungan TNI-Polri akan bersiaga untuk mengamankan Natal dan Tahun Baru 2020. Ada 12 potensi kerawanan yang mungkin terjadi pada dua momen tahunan tersebut, termasuk terorisme.
"Berdasarkan prediksi intelijen, terdapat 12 potensi kerawanan yang harus kita antisipasi, yaitu terorisme, kejahatan konvensional, kemacetan lalin (lalu lintas), kecelakaan transportasi, aksi penolakan peribadatan, dan sweeping ormas," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Prabowo saat menyampaikan amanat dalam apel gelar pasukan pengamanan Natal dan tahun baru di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Kamis (18/12).
Selain itu, ancaman lain yang diantisipasi adalah kenaikan harga sembako, konflik sosial dan tawuran, bencana alam, konvoi dan balap liar, kebakaran akibat petasan, serta pesta narkoba atau minuman keras.
Menghadapi hal tersebut, Polda Metro Jaya menggelar operasi pengamanan bersandi Operasi Lilin Jaya 2019. Operasi ini akan digelar hingga 1 Januari 2020.
Terdapat 191.807 personel gabungan yang dikerahkan dalam operasi ini. Mereka terdiri atas 121.358 personel Polri, 17.190 personel TNI, serta 54.259 personel yang berasal dari instansi terkait, seperti Pol PP, Dishub, Diskes, Pemadam Kebakaran, dan Linmas. Mereka akan mulai bertugas sejak 23 Desember 2019.
Gatot memerintahkan seluruh pasukan agar melakukan deteksi dini sebagai bentuk antisipasi. Seluruh personel juga diminta melakukan pemetaan terhadap segala aksi yang dapat meresahkan masyarakat.
Menurut Gatot, terdapat puluhan ribu objek di seluruh wilayah Indonesia yang menjadi titik fokus pengamanan Natal dan Tahun Baru 2020. Puluhan ribu titik fokus pengamanan terdiri dari terminal, stasiun, bandara, pelabuhan, objek wisata, pusat perbelanjaan, dan yang paling utama gereja.
"Fokus pengamanan adalah 61.308 objek di seluruh indonesia,” ujar Gatot.
Pangdam Jaya/Jayakarta Mayjen TNI Eko Margiyono mengatakan dalam operasi ini pasukannya hanya membantu pihak kepolisian. Ia menginstruksikan jajarannya tidak membiarkan situasi buruk sekecil apapun terjadi di Jakarta, yang menjadi barometer bagi keamanan di Indonesia.
"Saya ingin sampaikan juga saat ini Jakarta menjadi barometer, apabila terjadi sesuatu di Jakarta maka negara terguncang. Oleh itu, peristiwa apapun tidak boleh terjadi untuk menjaga stabilitas keamanan. Oleh karena itu kita harus bahu membahu, kita bisa deteksi dini," ucap Eko.