Juru bicara pemerintah untuk Presidensi G20 Indonesia Maudy Ayunda mengatakan, selama dua tahun terakhir, banyak sekali tantangan di dunia pendidikan yang harus dihadapi bersama. Dan ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Mulai dari kendala teknologi, penerapan pengembangan sistem online, terbatasnya media pembelajaran, kesehatan mental siswa dan guru, hingga situasi learning loss yang menghantui selama dua tahun terakhir ini.
"Tetapi secara perlahan kita bisa mengatasinya," kata dia dalam keterangannya yang dipantau secara online, Kamis (19/5).
Dia menyebutkan, Presidensi G20 Indonesia mengajak anggotanya untuk memperkuat komitmen dan bergotong royong memulihkan kembali, serta membangun pendidikan yang berkualitas untuk semua.
Pada pertemuan perdana kelompok kerja pendidikan, negara-negara anggota G20 telah menyepakati komitmen untuk mendukung empat agenda prioritas Indonesia di bidang pendidikan, yaitu pendidikan berkualitas untuk semua, teknologi digital untuk pendidikan, solidaritas dan kemitraan, serta masa depan dunia kerja pasca-Covid-19 sebagai solusi bersama untuk bangkit dari situasi pandemi.
Selain itu secara umum, ada tiga isu yang dibicarakan dalam Kelompok Kerja Pendidikan G20 Presidensi Indonesia. Pertama, pendidikan berkualitas untuk semua melalui penanganan learnng loss.
"Disadari atau tidak, setelah satu tahun pendemi parasiswa mengalami penurunan kemampuan belajar dan pengetahuan, baik secara spesifik atau umum. Berdasarkan hasil riset Kemendikbudristek, kemajuan belajar selama satu tahun untuk kelas 1 SD sebelum pandemi adalah sebesar 129 poin untuk literasi dan 78 poin untuk numerasi. Setelah pandemi, siswa mengalami learning loss seteara dengan enam bulan dan lima bulan belajar, masing-masing untuk literasi dan numerasi. Jika tidak segera diatasi, learning loss ini akan berpengaruh pada keseluruhan kualitas pendidikan Indonsia," papar dia.
Menjawab kondisi tersebut, di 2020, Kemendikbud Ristek menghadirkan asesmen nasional sebagai pengganti ujian nasional yang berfokus kepada perbaikan dan capaian belajar , serta lingkungan sekolah. Sehingga dapat menjadi pemetaan awal dari dampak learning loss. Hasil dari asesmen nasional ini bisa diakses oleh pemerintah daerah dan sekolah di platform Lapor Pendidikan sebagai bahan refleksi untuk menentukan langkah lebih lanjut yang berbasis data.
Yang kedua yang dibicarakan, kata dia, teknologi digital dalam pendidikan. Teknologi pastinya tidak bisa mengganti peran guru sebagai ujung tombak pendidikan. Karena itu, program digitalisasi sekolah, perlu diimbangi dengan tingkat kompetensi guru. Khususnya di bidang penguasaan teknologi informasi dan komunikasi.
Guru yang kompeten dalam mengoperasikan teknologi pedidikan pastinya mempu mempercepat pengembangan sumber daya manusia Indonesia yang unggul. Karena itu, Kemendikbud Ristek menciptakan terobosan mealui platform Merdeka Mengajar yang dirancang khusus bagi guru. Untuk menghadirkan sistem pembelajaran yang bermakna dan juga memberikan kesempatan para guru berkolaborasi antara satu sama lain.
"Ini diharapkan meningkatkan kapasitas dan keterampilan para guru. Diharapkan kehadiran platform ini dapat mengispirasi seluruh anggota G20," harap dia.
Yang ketiga, Presidensi G20 Indonesia juga menekankan pentingnya memperbaharui komitmen dunia dalam dunia pendidikan dalam konferensi transformasi pendidikan (TES) PBB. TES merupakan wadah untuk meningkatkan semangat komitmen dan kemauan politik yang besar untuk membalikan kemunduran agenda SDG yang keempat, yaitu menata kembali pendidikan, dan mempercepat proses pendidikan dalam agenda SDG 2030.