close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
ilustrasi rumah sakit. foto Pixabay
icon caption
ilustrasi rumah sakit. foto Pixabay
Nasional
Senin, 02 Mei 2022 17:48

3 Pasien meninggal, Kemenkes waspadai hepatitis akut

Mereka meninggal dalam kurun waktu berbeda dengan rentang dua minggu hingga 30 April lalu.
swipe

Kementerian Kesehatan resmi meningkatkan kewaspadaan pada kasus hepatitis akut dalam dua pekan terakhir. Hal itu dilakukan setelah Badan Kesehatan Dunia menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika, dan Asia.

Menurut WHO, kasus ini terekam sejak 15 April 2022. Sampai sekarang belum diketahui apa penyebabnya. Kemenkes meningkatkan kewaspadaan karena ada tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta dengan dugaan hepatitis akut meninggal. 

Mereka ini juga belum diketahui apa penyebab meninggal. Mereka meninggal dalam kurun waktu berbeda dengan rentang dua minggu hingga 30 April lalu. Ketiga pasien merupakan rujukan dari rumah sakit di Jakarta Timur dan Jakarta Barat. 

Menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, gejala yang ditemukan pada pasien ini adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang, dan penurunan kesadaran.

Saat ini, Kemenkes tengah menginvestigasi penyebab kejadian hepatitis akut melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta juga melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.

"Selama masa investigasi, kami mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang. Lakukan tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan," kata Nadia, dikutip dari laman Kemenkes, Senin (2/5).

Jika anak-anak memiliki gejala kuning, sakit perut, muntah-muntah dan diare mendadak, buang air kecil berwarna teh tua, buang air besar berwarna pucat, kejang, penurunan kesadaran agar, Nadia meminta agar anak segera diperiksakan ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.

Sejak resmi dipublikasikan sebagai KLB oleh WHO, jumlah laporan terus bertambah. Tercatat lebih 170 kasus dilaporkan oleh lebih 12 negara.

WHO pertama kali menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya mengenai 10 kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown aetiology) pada anak-anak usia 11 bulan-5 tahun pada periode Januari hingga Maret 2022.

Rentang kasus terjadi pada anak usia 1 bulan sampai 16 tahun. Tujuh belas anak di antaranya (10%) memerlukan transplantasi hati, dan 1 kasus dilaporkan meninggal. 

Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, sindrom jaundice (Penyakit Kuning) akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah). Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam.

Penyebab masih belum diketahui. Pemeriksaan laboratorium diluar negeri telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D, dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut. 

Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus dil luar negeri yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.

Kemenkes melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) tertanggal 27 April 2022.

Surat tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan pemda, fasilitas pelayanan kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, sumber daya manusia (SDM) kesehatan, dan para pemangku kepentingan terkait kewaspadaan dini penemuan kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya.

Kemenkes meminta dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota, kantor kesehatan pelabuhan, laboratorium kesehatan masyarakat dan rumah sakit untuk memantau dan melaporkan kasus sindrom penyakit kuning akut di sistem kewaspadaan dini dan respons. 

Kemenkes juga meminta pihak terkait untuk menginformasikan kepada masyarakat untuk segera mengunjungi fasilitas layanan kesehatan terdekat apabila mengalami sindrom penyakit kuning, dan membangun dan memperkuat jejaring kerja surveilans dengan lintas program dan lintas sektor.

"Kkami lakukan penguatan surveilans melalui lintas program dan lintas sektor agar dapat segera dilakukan tindakan apabila ditemukan kasus akut maupun yang memiliki ciri-ciri seperti gejala hepatitis," kata Nadia.

img
Fitra Iskandar
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan