Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup, melakukan kemitraan strategis dengan World Resources Institute (WRI) Indonesia di bawah program Clean Air Catalyst (CAC), memperkenalkan tiga peralatan pemantau kualitas udara baru bertaraf reference-grade dan pemutakhiran peralatan di empat lokasi Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) di wilayah DKI Jakarta.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan, peralatan baru ini akan memberikan data yang lebih akurat terkait sumber polusi udara lokal, sehingga dapat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas udara, mengatasi perubahan iklim, dan melindungi kesehatan penduduk kota.
"Peralatan pemantau kualitas udara merupakan alat penting yang dibutuhkan untuk mengukur dan menjawab permasalahan polusi udara di Jakarta. Alat ini akan memberikan data yang lebih akurat terkait polutan yang mempengaruhi kualitas udara yang kita hirup dan membantu berbagai upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mempertahankan langit biru Jakarta," ujar Asep dalam keterangan resminya, Minggu (4/6).
Tiga peralatan pemantau kualitas udara baru ini akan dipasang secara bertahap di area-area yang belum memiliki cakupan pemantauan kualitas udara yang memadai, seperti daerah yang dekat dengan komplek industri dan daerah perairan untuk mengambil data dasar dari laut. Lokasi-lokasi tersebut adalah Kantor Wali Kota Jakarta Barat, Kantor Wali Kota Jakarta Timur dan area pelabuhan yang mencakup gedung IPC Pelindo di Jakarta Utara. Kemudian, keempat SPKU yang sudah dan terletak di daerah pemukiman di seluruh Jakarta Utara, Timur, Barat dan Selatan, akan ditingkatkan kualitasnya.
Sementara itu, Direktur USAID Indonesia Jeff Cohen mengungkapkan, polusi udara merupakan tantangan lingkungan dan kesehatan masyarakat yang utama di kota-kota di seluruh dunia. "Alat pemantau baru ini akan memberikan data penting untuk membantu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam upaya meningkatkan kualitas udara dan kesehatan warganya," imbuh Jeff.
Peralatan baru ini akan mengukur tingkat particulate matter (PM), partikel kecil yang dapat terhirup dan menyebabkan masalah kesehatan yang serius, seperti serangan jantung, stroke, dan asma. Peralatan ini juga akan mengukur tingkat black carbon, polutan iklim berumur pendek yang menghangatkan planet ini dan membahayakan kesehatan manusia, serta karbon monoksida, jenis polutan berbahaya lainnya. Selain itu, instrumen meteorologi terkini juga akan digunakan untuk mengukur kondisi cuaca dan angin yang memiliki dampak signifikan terhadap kualitas udara kota. Data dari peralatan ini akan tersedia untuk publik setelah divalidasi melalui kanal JAKI, situs web Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, dan platform publik lainnya yang relevan.
Kemudian, Direktur WRI Indonesia Nirarta Samadhi menyatakan, kemitraan dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memungkinkan pihaknya untuk menyediakan data yang berharga mengenai sumber-sumber polusi udara lokal. Sehingga dapat mendukung penyusunan kebijakan udara bersih yang tepat sasaran.
"Kami berharap kerja sama ini akan terus berlanjut, seiring dengan upaya kami terus mendorong ragam inisiatif dan inovasi, seperti kampanye penanaman pohon, untuk terus meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan warga di Jakarta dan kota-kota di Indonesia," papar Nirarta.
Untuk diketahui, Clean Air Catalyst telah mengidentifikasi sektor transportasi sebagai sumber emisi terbesar di Jakarta dan juga mendukung mitra pemerintah dan pemangku kepentingan untuk menemukan cara mempercepat solusi seperti transportasi ramah lingkungan, zona kendaraan rendah emisi, dan mengurangi emisi dari kendaraan berat.