Tim Desaster Victim Identification (DVI) Polda Banten berhasil mengidentifikasi lima jenazah yang ditemukan tenggelam di Sungai Ciujung, kawasan wisata Baduy, Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, Lebak, Banten.
Ketua Tim DVI Polda Banten Kombes Pol Nariyana mengungkapkan, lima jenazah itu merupakan pelajar dari SMP Budaya Santo Agustinus, Jakarta Timur. Mereka ditemukan meninggal pada Jumat (25/10).
“Kelima jenazah telah dilakukan uji forensik di ruang instalasi forensik RSUD Aji Darmo Lebak,” kata Nariyana melalui keterangan resminya, Sabtu (26/10).
Nariyana menyebutkan, kelimanya adalah Malvin Reizen Alvino, Moses Imanuel Baskoro, Sahrul Ramadhan, Paskaleo Anesho Telaumbanua, dan Christiano Arthur Immanuel. Namun, belum dapat diketahui kronologi kelimanya bisa tewas tenggelam.
Ia menjelaskan, aparat kepolisian telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Kelima jenazah itu juga telah dipulangkan kepada pihak keluarga.
"Kegiatan yang sudah dilakukan Tim DVI Polda Banten, yaitu melakukan olah TKP, post martem, ante mortem, rekonsiliasi, dan penyerahan jenazah," ucapnya.
Kelima pelajar tersebut diduga meninggal ketika tengah mandi di sungai. Diperkirakan sungai tersebut memang memiliki kedalaman hingga lima meter.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Banten Kombes Pol Edy Sumardi mengatakan, rombongan sebanyak 120 orang dari SMP Budaya Santo Agustinus tiba di Terminal Ciboleger sekitar pukul 09.00 WIB, Jumat (25/10).
Saat istirahat di Kampung Gajebo, sekitar pukul 12.00 WIB, sejumlah pelajar pergi menuju sungai untuk berenang. Mereka berenang tanpa seizin gurunya.
"Ada tiga orang yang berenang, tapi mereka tidak bisa berenang kemudian tenggelam. Kemudian dua orang temannya membantu, tapi justru ikut menjadi korban meninggal karena tenggelam," kata Edy.
Mengetahui adanya pelajar yang tenggelam, warga sekitar berusaha mencari hingga ke dasar sungai, dengan kedalaman sekitar tiga meter.
"Akhirnya warga menemukan kelima korban dalam kondisi sudah meninggal dunia," katanya.
Aturan adat Baduy
Kepala suku adat Baduy Jaro Saija mengatakan, kelima siswa asal Jakarta Timur tersebut telah melanggar aturan adat. Menurut kepercayaan Suku Baduy, warga setempat ataupun pengunjung tidak boleh berenang dan beraktivitas pada hari Jumat. Bahkan menurutnya, para siswa tersebut berenang sambil teriak-teriak pada siang hari.
"Karena kalau di Baduy mah itu larangan hari Jumat pas tangange (siang hari) bararadung (nakal). Enggak boleh ada aktivitas apalagi berenang," kata Jaro Saija saat dikonfirmasi, Jumat (25/10).
Padahal, menurut Saija, pihaknya sudah menyampaikan imbauan kepada wisatawan untuk tidak melanggar aturan adat. Imbauan itu sudah disampaikan di pos penerimaan tamu, termasuk pelang-pelang yang dipasang di sekitar kawasan wisata Baduy.
"Saya mah menegaskan tamu yang berkunjung harus mematuhi (aturan adat). Ada pelang larangan sudah dipasang," katanya.