Perusahaan Listrik Negara (PLN) UIP Jawa Bagian Barat yang sedang melakukan gathering turut menjadi korban gelombang tsunami yang menerjang kawasan Selat Sunda pada Sabtu malam (22/12).
"Sebanyak 256 peserta family gathering pegawai dan keluarganya, turut menjadi korban gelombang tsunami yang menerjang kawasan pantai Tanjung Lesung," ujar EVP Corporate Communications dan CSR PT PLN (Persero) I Made Suprateka saat dikonfirmasi Reporter Alinea.id, Jumat (23/11).
Made menjelasakan,dari 256 orang tersebut, sebanyak tujuh orang meninggal dunia, dan beberapa mengalami luka-luka. "Korban meninggal dunia yang sudah ditemukan tujuh orang, ada bapak, ibu dan anak. Jadi ada orang dewasa dan anak-anak karena family gathering," ungkapnya.
Dalam wawancaranya dengan TV One, Made mengatakan bencana terjadi saat peserta gathering tengah makan malam. Tiba-tiba, ada air besar dari laut.
Untuk evakuasi korban, PLN juga telah mengirimkan 26 ambulance.
Selain itu, perusahaan mengirimkan teknisi untuk perbaikan kabel di sekitar jalan Tanjung Lesung.
"Kondisi listrik di Tanjung Lesung, saat ini dalam perbaikan. Kondisinya, kabel-kabel rusah karena tertimpa pohon tumbang akibat ombak besar. Namun, kerusakan tidak banyak sehingga pemulihan akan selesai dalam satu hari," tutur Made.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gelombang tinggi yang menerjang pantai di sekitar Selat Sunda adalah tsunami.
Hingga Minggu (23/12) pukul 07.00 WIB, korban tsunami Selat Sunda khususnya di daerah Pandeglang, Lampung Selatan, dan Serang tercatat 43 orang meninggal, 584 orang luka-luka, serta dua orang hilang. Kerugian fisik meliputi 430 unit rumah rusak berat, sembilan hotel rusak berat, dan 10 kapal rusak berat dan puluhan rusak.