Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan aktivitas Gunung Semeru mulai dari pukul 00.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB, Kamis (9/12). Secara visual teramati hembusan gas dari atas kawah puncak dengan ketinggian 500-1000 meter di atas puncak.
Terkait kegempaan, jelas dia, masih didominasi gempa hembusan. Dalam kurun waktu pencatatan, tercatat 14 kali gempa hembusan, tujuh kali gempa guguran, dan dua kali gempa tektonik jauh.
“Cuaca pagi sampai siang tadi, cenderung berkabut di daerah puncak. Sehingga arah dan jarak luncuran guguran tidak bisa teramati. Namun hasil pemantauan tadi malam, jarak luncuran guguran maksimum 700 meter dari puncak ke arah Tenggara,” ucap dia dalam press conference update erupsi Gunung Semeru (9/12).
Kemudian, sejak 5 Desember-9 Desember 2021 pukul 12.00, telah terjadi delapan kali awan panas guguran dengan jarak luncur maksimum 3.000 meter ke arah Tenggara.
“Kejadian awan panas guguran itu sudah delapan kali. Namun demikian jarak luncur dari awan panas guguran ini tidak lebih dari tiga kilometer,” tambahnya.
Sehingga, PVMBG masih memutuskan tingkat aktivitas Gunung Semeru masih pada level 2 atau waspada. Dengan rekomendasi agar masyarakat tidak melakukan aktivitas pada radius 1 km dari puncak, 5 km dalam sektor Tenggara Selatan serta sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak.
“Kami mengimbau kepada masyarakat agar tidak beraktivitas dan menjauhi daerah yang terdampak untuk menghindari ancaman erupsi sekunder serta endapan batuan yang masih bersuhu tinggi,” jelasnya.
Terakhir, Andiani mengatakan, masih berpotensi terjadinya banjir lahar mengingat cuaca musim hujan masih berlangsung hingga tahun depan.
“Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpancing oleh berita-berita yang tidak benar mengenai erupsi Gunung Semeru. Informasi aktivitas Semeru dapat dilihat dari situs resmi atau aplikasi Magma Indonesia atau melalui media sosial Badan Geologi,” pungkasnya.