Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) melakukan launching Tim Tanggap Insiden Siber BPS (BPS-CSIRT), Kamis (14/10), secara hybrid, luring, daring baik melalui Zoom maupun Live Streaming YouTube.
Berdasarkan data pada perangkat keamanan BPS, khusus untuk September 2021, tercatat lebih dari 850.000 percobaan intrusi kepada keamanan siber terkait data center BPS.
"Dalam menyikapi hal ini, salah satu langkah yang ditempuh BPS yang berdasarkan surat keputusan Kepala BPS No.583 Tahun 2021 per 1 Oktober 2021, yaitu membentuk Tim Tanggap Insiden Siber BPS (BPS-CSIRT), di mana bekerja sama dengan BSSN,” ujar Direktur Sistem Informasi Statistik BPS M Romzi dalam acara Launching Tim Tanggap Insiden Siber BPS, Kamis (14/10), secara virtual.
Makanya, kegiatan launching ini sangat penting, khususnya bagi BPS sebagai penyedia official statistik Indonesia, di mana main product dari BPS adalah data. Maka dari itu, mengamankan data BPS, menjadi sangat krusial.
BPS sendiri telah berinisiatif untuk melakukan reformasi birokrasi melalui program modernisasi penyelenggaraan statistik berbasis teknologi digital atau teknologi informasi. BPS juga berkomitmen untuk menjadikan peran IT sebagai enabler proses bisnis statistik dalam penyediaan data statistik berkualitas.
"Modernisasi TI (Transformasi Digital) sejalan dengan inisiatif strategis pemerintah yang tertuang dalam Perpres No.95 Tahun 2018 tentang SPBE. Tranformasi digital yang sudah dilakukan oleh BPS, bukan semata mata untuk perbaikan ke dalam tetapi juga ke luar atau bersifat out for looking untuk mendorong pencapaian pembangunan statistik nasional dan terwujudnya satu data Indonesia, seperti yang tertuang pada Perpres No.39 Tahun 2019," ujar M Romzi.
Transformasi digital ini dilakukan untuk mewujudkan visi BPS sebagai penyedia data statistik berkualitas untuk Indonesia Maju. Selain memberikan banyak kemudahan, efek dari pemanfaatan teknologi informasi adalah munculnya risiko serangan siber dan ancaman terhadap keamanan yang membuat pelayanan publik terganggu dan dapat berpengaruh pada reputasi institusi.
Pembentukan BPS-CSIRT ini juga dilatarbelakangi oleh slot BSSN. Di mana BPS menjadi salah satu instansi yang ditunjuk dalam program CSIRT 2021 berdasarkan target rencana pelaksanaan SPBE 2021.
Sebagai informasi, pembentukan BPS-CSIRT ini juga didasari oleh berbagai kasus kebocoran data serta peretasan yang terjadi di Indonesia. Salah satu kasus pencurian data terbesar di dunia sepanjang 2021, yaitu kasus kebocoran 279 juta data BPJS. Kasus selanjutnya yaitu peretasan website pemerintah, baik pusat maupun daerah yang terjadi sepanjang Desember 2020 hingga Agustus 2021, di mana setidaknya telah terjadi 33.748 kali peretasan.
Selain itu, kasus serangan ransomware terhadap Pertamina, di mana geng peretas ransomware, RansomEXX, mengklaim telah meretas perusahaan negara minyak dan gas bumi Pertamina serta membocorkan data tersebut ke dark web.
Dengan terbentuknya BPS-CSIRT, maka peloporan terhadap insiden keamanan dapat disampaikan melalui berbagai kanal, seperti email [email protected] dan halosis.bps.go.id. Laporan-laporan yang masuk akan segera di tindaklanjuti oleh tim BPS-CSIRT.
"Besar harapan, dengan adanya tim BPS-CSIRT kita dapat tingkatkan sinergi antara BPS, BSSN dan tim CSIRT lainnya dalam penguatan sistem keamanan siber nasional," tutupnya