close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Warga korban gempa memindahkan bantuan logistik dari helikopter BNPB yang mendarat di Malunda, Kabupaten Majene, Sulbar, Rabu (20/1/2021). Foto Antara/Abriawan Abhe
icon caption
Warga korban gempa memindahkan bantuan logistik dari helikopter BNPB yang mendarat di Malunda, Kabupaten Majene, Sulbar, Rabu (20/1/2021). Foto Antara/Abriawan Abhe
Nasional
Senin, 15 Maret 2021 10:22

8.658 warga masih mengungsi dua bulan pascagempa Sulbar

Para pengungsi tersebar di 53 pos pengungsian di Kabupaten Mamuju dan Majene.
swipe

Sebanyak 8.658 warga masih korban gempa magnitudo 6,2 di Mamuju-Majene, Sulawesi Barat (Sulbar), hingga kini. Padahal, insiden berlangsung dua bulan silam, 15 Januari 2021.

Sebanyak 7.885 warga di antaranya mengungsi di 48 titik pos pengungsian di Mamuju, sedangkan 773 warga mengungsi di 5 titik di Majene per 15 Maret. "Kabupaten lain, Polewali Mandar, tidak ada lagi pengungsian," ujar ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati, dalam keterangannya, beberapa saat lalu.

"Warga Polewali Mandar yang juga merasakan guncangan gempa sempat melakukan pengungsian pascagempa. Namun, mereka telah kembali ke rumah masing-masing," sambungnya.

Penanganan pascagempa diprioritaskan pada sektor pemerintahan, ekonomi, kesehatan, fasilitas umum (fasum), hingga transportasi antardaerah. Di sisi lain, pemerintah daerah (pemda) mengupayakan membuka akses ke daerah-daerah yang terisolasi.

Sebanyak 4 desa di Kabupaten Majene yang sempat terisolasi telah berhasil dibuka kembali dan 1 desa lainnya baru dapat dilalui kendaraan roda dua. Untuk Kabupaten Mamuju, 2 desa masih terisolasi dan 1 desa telah dapat diakses.

Proses pembersihan reruntuhan bangunan tetap berlangsung dengan mengerahkan alat berat. Reruntuhan bangunan yang telah dibersihkan, yaitu 22 kantor, 40 tempat ibadah, 4 minimarket, 37 sekolah, 12 pelayanan kesehatan, dan 50 rumah.

BPBD Sulbar mencatat, kerusakan bangunan perukiman mencapai 15.522 unit. Sebanyak 11.423 di antaranya berada di Mamuju dengan detail 5.526 rumah rusak ringan (RR), 3.843 rusak sedang (SR), dan 2.054 rusak berat (RB).

Di Majene sebanyak 4.099 rumah rusak dengan perincian 1.177 RR, 1.140 RS, dan 1.782 RB. Sementara itu, di Mamasa terdapat 594 unit, yakni 440 RR, 98  RS, dan 56 RB.

Sejumlah fasilitas sosial (fasos) dan fasum pun rusak akibat gempa. Di Mamuju terdiri dari 38 kantor RB, 11 RS, dan 2 RR; 44 rumah sakit (RS) atau puskesmas RB dan 17 RS; 4 posyandu/poskedes RB, 4 RS, dan 1 RR; 28 tempat ibadah RB, 7 RS, dan 9 RR; 79 sekolah RB, 53 RS, dan 31 RR; 2 gedung/lapangan olahraga RB dan 1 RS; 1 hotel RB; 5 rumah jabatan RS; 1 pusat perbelanjaan RB; 2 minimarket RB dan 1 RS; 1 pelabuhan RS; serta 5 jembatan RS dan 2 RR.

Sementara itu, di Majene mencakup 8 kantor RB, 13 RS, dan 9 RR; 3 puskesmas/pustu RB, 3 RS, dan 4 RR; 2 posyandu/polindes RB, 16 RS; dan 9 RR; 20 tempat ibadah RB, 18 RS, dan 17 RR;  22 sekolah RB, 27 RS, dan 19 RR; masing-masing 1 minimarket RB dan RS; serta 2 rumah jabatan camat/desa RB, 1 RS, dan 1 RR.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulbar menetapkan status transisi darurat ke pemulihan untuk Mamuju dan Majene. Status tersebut ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Sulbar Nomor 188.4/58/Sulbar/II/2021, yang berlaku selama 60 hari per 5 Februari.

Aktivitas pasar dan pertokoan telah dibuka seiring pulihnya listrik dan penerangan, jalur transportasi, SPBU, hingga jaringan telepon seluler. Sektor pelayanan kesehatan, perbankan, dan perkantoran juga kembali aktif.

img
Manda Firmansyah
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan