Kemarau akibat El Nino pada 2023 diperkirakan bakal menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Potensinya bahkan bisa seperti 2018-2019.
"Ada, potensi karhutla ada seperti tahun 2019, kan, juga banyak spot-spot, ya, titik-titik api," ucap Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, di Istana Merdeka, Jakarta, pada Rabu (9/8).
"Indonesia akan seperti apa? Kurang lebih akan seperti kekeringan di tahun 2019. Ya, 2018-2019. Ya, seperti itu kurang lebih. Tapi, tidak separah di tahun 2015," imbuhnya.
Dwikorita melanjutkan, pemerintah sudah menyiapkan antisipasi. Diharapkan upaya mitigasi ini membuat dampak karhutla nanti takkan sebesar 2019.
"Semoga dengan kesiapan yang lebih, semoga tidak separah 2019," katanya.
Ia menambahkan, level El Nino di Indonesia relatif lebih lemah daripada negara-negara lain. Ini jika ditinjau dari perhitungan anomali suhu muka air laut.
Berdasarkan hasil pemantauan BMKG, seluas 63% dari zona musim di Indonesia telah memasuki kemarau hingga medio Juli 2023. Kemarau kali ini akan lebih kering bahkan dari tiga tahun sebelumnya menyusul terjadinya El Nino.
Ada beberapa daerah yang akan terdampak cukup kuat oleh El Nino, seperti Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Bengkulu, Lampung. Kemudian, seluruh Jawa, Bali, NTT, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
Yang paling terdampak El Nino adalah sektor pertanian, utamanya tanaman pangan semusim. Tanaman ini mengandalkan ketersediaan air. Rendahnya curah hujan bakal membuat lahan pertanian kekeringan dan dikhawatirkan mengalami gagal panen.