Pro kontra adanya sponsor dari perusahaan bir di ajang Formula E dinilai muncul karena inkonsistensi personal Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Kini Anies pun harus menghadapi situasi serba salah.
“Gubernur DKI seperti makan buah simalakama, di antara pilihan yang sulit. Satu sisi bangun pencitraan lewat ajang Formula E, disisi lain digugat oleh loyalitas pendukung karena sponsor Formula E produsen bir,” ujar Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat, Hari Purwanto, Minggu (29/5).
Saat mencalonkan dalam pemilihan gubernur pada 2017, Anies memperoleh dukungan sebagian ulama yang rela menggalang massa untuk aksi berjilid-jilid salah satunya 411, 212 yang tujuannya menjadikannya Gubernur DKI saat ini. Keberadaan sponsor bir di ajang yang gencar dipromosikan Anies ini akhirnya akan mendatangkan konsekuensi.
“Tapi, “Nasi Sudah Menjadi Bubur” tentunya akan ada konsekuensi yang akan dihadapi oleh Gubernur DKI Jakarta. Mari kita saksikan bersama peristiwa-peristiwa kedepannya,” jelasnya lagi.
Di luar masalah itu, soal pengajuan proposal ke perusahaan BUMN secara dadakan kepada Menteri BUMN Erick Thohir mendekati pelaksanaan Formula E akan menjadi persoalan dikemudian hari.
“Kalau perencanaan Formula E dilakukan secara sistematis dan terukur tentunya tidak akan sporadis dalam mengajukan proposal sponsor,” ucapnya.
"Setiap BUMN tentunya punya kalkulasi tersendiri jika terlibat dalam satu event untuk menjadi sponsor, karena orientasi bisnis menjadi mayoritas kalkulasi bagi BUMN. Pertanyaannya kenapa harus BUMN yang menjadi sasaran sponsor? Apakah seluruh BUMD Provinsi DKI Jakarta tidak ada kesiapan menjadi sponsor ajang Formula E? Sampai harus mengajukan ke tingkat BUMN (Nasional),” sebutnya.
Menurut Hari, persiapan panitia untuk menggelar Formula E terkesan kurang matang. Dari awal proyek Formula E, menurut Hari hanya untuk menggugurkan 3 kewajiban, yaitu pencitraan, motif politis dan keterpaksaan.
Hari kembali menambahkan dari hasil pengamatan dan pantauan yang dia ikuti bahwa dari awal Formula E muncul tanpa studi kelayakan sampai merusak pohon-pohon yang berumur ratusan tahun di Monas. Pindah tempat pelaksanaan saja sudah menjadi hal yang janggal, belum lagi proses penganggaran Formula E yang bermasalah.
“Banyak pihak yang mengamati bahwa pelaksanaan Formula E dipenuhi persoalan, masalah dan polemik. Tentunya pihak-pihak yang mau terlibat menjadi sponsor penuh kehati-hatian untuk join bahkan menjadi sponsor,” cetusnya.
Hari pun menyinggung soal dugaan adanya praktik korupsi dalam persiapan penyelenggaraan Formula E ini.
“Dan dugaan korupsi Formula E sangat jelas dan terang benderang, tinggal KPK memastikan pemanggilan Gubernur DKI Jakarta, Kadispora dan Bank DKI untuk menguak tabir tersebut,” pungkasnya.