Pihak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mengungkap temuan baru ihwal korban tewas dalam kerusuhan yang terjadi di Wamena, Jayawijaya, Papua. Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara mengatakan, ada dugaan jumlah korban tewas dalam kerusuhan yang terjadi pada 23 September 2019 lalu.
"Ada informasi tambahan, 10 orang yang diduga meninggal dalam peristiwa tersebut," kata Beka saat konferensi pers di Gedung Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (18/10).
Namun demikian, Beka mengatakan, informasi tersebut masih harus diverifikasi kebenarannya. Sejauh ini, pihak Komnas HAM mendapat kendala untuk memverifikasi informasi tersebut.
"10 orang itu diduga tertembak, tetapi langsung dibawa pulang oleh saudaranya di kampung. Ini kan tidak mudah juga untuk memvalidasi apakah informasi itu benar atau tidak," katanya.
Meski demikian, Komnas HAM bertekad untuk menginvestigasi peristiwa yang diduga mengandung pelanggaran HAM tersebut. Beka memastikan pihaknya akan menelusuri peristiwa itu hingga menemukan titik terang.
Adapun jumlah korban meninggal yang sudah terverifikasi, sesuai dengan catatan aparat keamanan yang berjumlah 33 orang. Dari jumlah tersebut, 31 orang meninggal karena mengalami luka akibat kerusuhan tersebut, sementara dua orang lainnya karena sakit.
Menurut Beka, peristiwa tersebut merupakan sebuah tragedi kemanusiaan. Dia menampik anggapan peristiwa tersebut merupakan konflik SARA.
"Saya tegaskan, apa yang terjadi di Wamena tanggal 23 September 2019 itu bukan konflik SARA, tetapi benar-benar soal tragedi kemanusiaan. Apalagi kalau disebut genosida, itu enggak ada sama sekali," ucap Beka.
Di tempat yang sama, Komisioner Komnas HAM Amiruddin mengatakan, peristiwa pelanggaran HAM yang terjadi di Wamena merupakan persoalan kemanusiaan bersama, yang harus dituntaskan.
Karena itu, dia memastikan pihaknya akan mendalami temuan yang didapat dari peristiwa tersebut. Hal ini bertujuan agar dapat diambil solusi atas persoalan tersebut.
"Temuan ini kami koordinasikan atau sampaikan kepada kementerian dan lembaga yang bersangkutan," kata Amiruddin.
Selain korban meninggal dunia, kerusuhan di Wamena mengakibatkan sejumlah kendaraan dan fasilitas publik terbakar dan mengalami kerusakan. Selain itu, puluhan ribu warga melakukan eksodus akibat peristiwa tersebut.
Polisi menyebut ada keterlibatan Komite Nasional Papua Barat (KNPB) dan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dalam peristiwa tersebut.