close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Arsip Foto. Erupsi Gunung Anak Krakatau terlihat dari KRI Torani 860 saat berlayar di Selat Sunda, Lampung, Selasa (1/1/2019). Foto Antara/Sigid Kurniawan.
icon caption
Arsip Foto. Erupsi Gunung Anak Krakatau terlihat dari KRI Torani 860 saat berlayar di Selat Sunda, Lampung, Selasa (1/1/2019). Foto Antara/Sigid Kurniawan.
Nasional
Sabtu, 11 April 2020 13:45

Ahli vulkanologi: Dentuman keras kemungkinan dari erupsi Krakatau

Dentuman kemungkinan berasal dari erupasi Anak Gunung Krakatau yang terdengar karena keheningan.
swipe

Ahli vulkanologi Surono mengungkapkan dentuman yang terdengar dini hari tadi kemungkinan memang dari aktivitas erupsi Gunung anak Krakatau.

Pria yang biasa disapa Mbah Rono tersebut menyatakan dentuman dari erupsi Gunung Anak Krakatau mungkin saja terdengar sampai wilayah Jabodetabek karena suasana yang sepi. Namun, menurut dia, tidak tertutup kemungkinan adanya sumber suara lain yang bersamaan dengan waktu terjadinya erupsi Gunung Anak Krakatau.

"Apalagi saat ini kondisi sepi, tidak ada kendaraan lalu-lalang, tidak ada kegiatan manusia, dan lain-lain. Sepi. Bisa terjadi suara tersebut dari letusan GAK (Gunung Anak Krakatau), bisa dari sumber lain yang saya tidak tahu," ujar Mbah Rono saat dikonfirmasi Alinea.id, Sabtu (11/4).

Mantan Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) itu menduga, erupsi Gunung Anak Krakatau kemungkinan akan kembali lagi. Pasalnya, gunung tersebut memiliki riwayat letusan beberapa kali dalam satu tahun.

"GAK pernah meletus selama satu tahun hanya berhenti beberapa bulan, meletus lagi. Ini masih akan lama, kecil-kecillah, jangan takut," tuturnya.   

Mbah Rono menuturkan, erupsi Gunung Anak Krakatau bukan lantaran adanya gempa tektonik di Selat Sunda seperti catatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Erupsi Gunung Anak Krakatau, katanya, terjadi atas adanya aktivitas vulkanik.

Sebelumnya, terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau dengan menyemburkan abu vulkanik sekitar 657 meter di atas permukaan laut pukul 22.35 WIB, pada Jumat (10/4). Berdasarkan pantauan kamera pengawas (CCTV) pada pos pemantauan Gunung Anak Krakatau, abu vulkanik berwarna hitam dan bergerak ke arah timur dengan ketinggian sekitar 500 meter dari dasar kawah.

Sementara, sekitar pukul 02.00 - 03.00 WIB pada Sabtu (11/4) warga sekitar Jakarta, Depok, Bogor, dan Bekasi melaporkan adanya dentuman keras.

Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut suara dentuman yang ramai dibahas di media sosial bukan berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.

"Saya sudah konfirmasi petugas pos pengamatan, mereka tidak mendengar karena letusannya juga kecil," kata Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Hendra Gunawan.

Menurut dia, erupsi gunung yang terletak di Selat Sunda dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung itu hanya mengeluarkan semburan ketinggian berkisar 500 meter.

img
Ayu mumpuni
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan