close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
ilustrasi. foto Pixabay
icon caption
ilustrasi. foto Pixabay
Nasional
Minggu, 26 Desember 2021 11:54

Ahli kebijakan publik: Pemerintah dan masyarakat harus lebih melek terhadap Omicron

Pemerintah harus menangani Omicron ini dengan lebih ketat karena karakter sebenarnya dari varian Omicron belum diketahui.
swipe

Perkembangan Covid-19 varian Omicron di Indonesia terus merebak. Sejak adanya kasus positif varian Omicron kepada tiga petugas RS Wisma Atlet pada Senin (20/12), saat ini per Sabtu (25/12) bertambah menjadi 19 orang positif.

Dengan perkembangan terbaru itu, ahli kebijakan publik, Achmad Nur Hidayat mengatakan bahwa pemerintah harus terus mendorong supaya masyarakat tidak bepergian keluar rumah atau berlibur saat Natal dan tahun baru.

“Data menunjukkan terdapat 1,1 juta kendaraan yang melintas Tol Jagorawi pada Jumat (24/12) sampai Sabtu (25/12) pagi,” ucap Achmad dalam keterangannya, dikutip Minggu (26/12).

Dengan demikian, kata Achmad, masyarakat terlihat tidak mengindahkan seruan pemerintah yang mengimbau agar tetap di rumah untuk sementara selama Nataru. Oleh karena itu, Indonesia harus bersiap menyikapi sebaran varian Omicron dalam waktu dekat. 

“Apakah ilmuwan sudah cukup mengenai karakter Omicron sehingga bisa memprediksi dengan akurat daya sebar dan dampak kesehatannya?” kata Achmad mempertanyakan.

Achmad menyebut, varian Omicron memiliki sejumlah besar mutasi dan dapat menjadi kombinasi Delta dan Omicron (Delmicron). Ia menjelaskan, Delmicron bukan varian baru dari virus corona seperti Alpha dan Beta, melainkan kombinasi dari dua strain dari Delta dan Omicron yang sudah menyebar dengan pesat di Eropa dan Amerika Serikat. 

“75% kasus AS Omicron berada di antara mereka yang sudah divaksinasi dan sudah terinfeksi sebelumnya, di Denmark yang merupakan negara terbaik dalam pengawasan Covid memiliki porsi yang sama 75% Omicron menyerang mereka yang sudah divaksin atau mereka yang pernah kena,” terangnya.

Kemudian, Achmad menerangkan, jika masih ada orang yang menolak untuk divaksin berarti menunjukkan betapa tidak lengkapnya tentang bahaya gelombang Omicron yang saat ini menerjang dunia.

“Peneliti mengamati Omicron dan berkesimpulan bahwa pertumbuhan awal virus Omicron mencerminkan kemampuan produktif yang mengesankan sehingga menerobos vaksin dan menginfeksi ulang kepada mereka yang sudah pernah terpapar varian Delta, namun saat ini mereka yang sudah divaksin masih tampak cukup terlindungi dari penyakit parah,” katanya.

Achmad menjelaskan, jika pemerintah harus menangani Omicron ini dengan lebih ketat karena karakter sebenarnya dari varian Omicron belum diketahui.

img
Alvin Aditya Saputra
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan