close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok bertemu Presiden Joko Widodo. Foto Instagram @basukibtp
icon caption
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok bertemu Presiden Joko Widodo. Foto Instagram @basukibtp
Nasional
Selasa, 19 November 2019 17:57

Ahok diprotes: Dari kelas Glodok hingga tukang bikin ribut

PA 212 bahkan mengancam akan membuat gerakan massa menolak Ahok menjabat sebagai komisaris di Pertamina.
swipe

Meskipun belum pasti menjabat sebagai bos di salah satu perusahaan pelat merah, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dibanjiri kritik. Tak hanya diprotes Persaudaraan Alumni (PA) 212, Ahok juga ditolak Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB). 

Presiden FSPPB Arie Gumilar mengatakan, ia daan rekan-rekannya menolak wacana Ahok bakal masuk di jajaran direksi Pertamina. Menurut Arie, Ahok merupakan sosok orang yang kerap berkata kasar dan membuat keributan.

"Spanduk penolakan FSPPB. Tukang bikin rusuh, bikin gaduh, pemberang, biang kekacauan, koruptor dan bermulut kotor tidak diterima di Pertamina," tulis Arie dalam akun Instagram @ariegoem, Kamis (15/11) lalu. 

Tak hanya itu, Arie menyebut pencalonan Ahok bertentangan dengan peraturan tentang syarat-syarat untuk menjabat sebagai petinggi di Pertamina, baik tingkat komisaris maupun direksi.

Ahok memang dikabarkan bakal segera memimpin salah satu BUMN di Tanah Air. Rencana memanfaatkan jasa dan pengalaman Ahok itu diungkapkan Menteri BUMN Erick Thohir. Namun, hingga kini belum pasti Ahok bakal ditempatkan di mana. 

Kritik tak kalah pedas juga datang dari Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli. Menurut Rizal, Presiden Joko Widodo (Jokowi) hanya cari masalah dengan memperbolehkan Ahok bertugas di BUMN. 

Rizal menyebut Ahok tak punya pengalaman di korporasi. "Kalau perlu cari Chinese sebagai menteri, wakil menteri, atau BUMN, cari. Banyak eksekutif Chinese yang bagus, canggih, smooth, bukan kelas Glodok," kata Rizal. 

Tak hanya sekadar mengkritik, juru bicara PA 212 Novel Bamukmin bahkan mengancam akan membuat gerakan massa menolak Ahok menjabat sebagai komisaris di Pertamina. Asalkan, pihak Pertamina juga menyatakan menolak Ahok dan meminta dukungan PA 212.

Ahok dibela

Anggota DPR Charles Honoris angkat suara terkait kritik Rizal Ramzli kepada Ahok. "Kalimat RR (Rizal Ramli) bukan hanya tendensius, analoginya pun menurut saya dangkal sekali. Apa yang dimaksud dengan kelas Glodok?" kata Charles kepada wartawan di Jakarta, Selasa (19/11). 

Menurut Charles, pernyataan Rizal Ramli itu terkesan merendahkan warga Glodok, kawasan yang selama ini dikenal sebagai pusat perdagangan elektronik. Padahal, warga Glodok sama mulianya dengan warga lain di Jakarta.

"Mungkin kontribusi mereka buat negara tak kalah sama RR yang mungkin hanya lebih kencang saja teriaknya," ucap anggota Komisi I DPR dari fraksi PDI-Perjuangan itu. 

Adapun terkait penolakan serikat pekerja Pertamina, peneliti Alpha Research Database Indonesia Ferdy Hasiman angkat suara membela Ahok. Menurut dia, tidak ada alasan masuk akal menolak Ahok masuk ke Pertamina atau ke BUMN lainnya. 

"Bahasanya yang cenderung kasar dan keras selalu diangkat agar mempengaruhi opini publik. Penolakan itu lebih karena alasan politis dan takut jika Ahok akan bersih-bersih di Pertamina," kata Ferdy dalam siaran pers yang diterima Alinea.id di Jakarta, Selasa (19/11).

Menurut Ferdy, selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Ahok marah-marah karena birokratnya tak memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Selain itu, ia menilai kehebohan wacana Ahok jadi bos di BUMN juga tidak pernah membuat pasar merespons negatif. 

"Tidak ada kaitannya dengan Ahok ke Pertamina. Justru yang merespons negatif terhadap cara berbahasa Ahok adalah para mafia yang ingin agar Pertamina tak tembus pandang, tak transparan. Agar mereka tetap menjadikan perusahaan migas nasional itu menjadi lahan bancakan," ujar dia. (Ant)

img
Marselinus Gual
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan