close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Sejumlah mahasiswa melakuakn aksi unjuk rasa di Jalan Merdeka Barat. Alinea.id/Akbar Ridwan
icon caption
Sejumlah mahasiswa melakuakn aksi unjuk rasa di Jalan Merdeka Barat. Alinea.id/Akbar Ridwan
Nasional
Kamis, 17 Oktober 2019 16:26

Aksi digembosi, BEM UNJ ditawari uang agar tidak unjuk rasa

Sebelum BEM UNJ turun ke jalan, jajaran rektorat tiba-tiba masuk ke sekretariat mahasiswa mencoba menahan agar tidak ikut aksi.
swipe

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Muhammad Abdul Basit, mengungkapkan pihaknya sempat ditawari sejumlah uang untuk tidak turun ke jalan melakukan aksi unjuk rasa.

“Atau misalnya kita ditawari untuk membuat kegiatan sesuatu di kampus agar kita tidak turun aksi hari ini. Dan itu saya merasakannya di UNJ,” kata Abdul Basit di Jakarta pada Kamis (17/10).

Tak hanya itu, kata dia, BEM UNJ juga ditawari untuk membuat acara diskusi atau pentas seni (pensi). Tujuannya, agar mahasiswa tidak melakukan aksi unjuk rasa. Setidaknya sampai pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih pada 20 Oktober 2019 mendatang. 

“Itu salah satu yang hari ini ada di UNJ. Mungkin saya tidak tahu dengan kampus yang lain yang memang diancam juga oleh birokrasi kampus. Sebab, hari ini komunikasi aparat bukan langsung kepada kita (mahasiswa), tapi melalui birokrasi-birokrasi kampus,” ucap dia.

Pernyataan Abdul Basit diamini oleh Kepala Departemen Sosial Politik BEM UNJ, Erfan Kurniawan. Erfan  mengaku kecewa dengan upaya penggembosan tersebut. Bahkan, Erfan mengungkapkan, sebelum BEM UNJ turun ke jalan, jajaran rektorat tiba-tiba masuk ke sekretariat mahasiswa mencoba menahan agar tidak ikut aksi.

“Rencana massa yang diturunkan itu sekitar seribu orang. Cuma hari ini kami kecewa karena pihak kepolisian banyak menahan mahasiswa di kampus-kampus,” kata Erfan.

Sementara Presiden Mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang juga Koordinator Pusat Aliansi BEM Seluruh Indonesia, Muhammad Nurdiansyah, mengakui ada pelarangan yang dilakukan aparat dan birokrasi kampus. Baik secara langsung maupun tidak langsung.

"Dan itu masing-masing kampus mendapatkan pendekatan yang berbeda-beda (untuk pelarangan). Ada yang memang langsung, baik secara pendekatan baik-baik, misalkan dari pihak aparat untuk bagaimana menjaga kondusifitas untuk tidak turun aksi," ujar Nurdiansyah. 

Selain itu, menurut dia, imbauan yang dikeluarkan kepolisian untuk tidak melakukan unjuk rasa juga berdampak secara psikologis bagi mahasiswa. Soal imbauan polisi ini, kata Nurdiansyah, memberikan dampak paling besar.

Meski kali ini mahasiswa yang turun ke jalan jauh dari jumlah yang ditargetkan, Nurdiansyah menegaskan, BEM SI tetap berkomitmen untuk tetap turun ke jalan. Dia berkeyakanin, menyampaikan pendapat melalui aksi unjuk rasa dijamin oleh konstitusi.

Sekalipun mendapatkan pengadangan dan penggembosan, Nurdiansyah meyakini unjuk rasa akan berjalan tertib. Nurdiansyah juga menegaskan unjuk rasa mahasiswa bukan untuk menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih. 

Anggapan ini adalah salah besar. Gerakan kami membawa narasi untuk mendesak Presiden Jokowi segera menerbitkan Perppu (KPK). Juga membawa tuntutan kepada Pak Presiden untuk segera menuntaskan maklumat soal tuntaskan reformasi sebagaimana restorasi yang disampaikan saat demo 24 September lalu," kata Nurdiansyah.

img
Akbar Ridwan
Reporter
img
Tito Dirhantoro
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan