close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi unjuk rasa. Alinea.id/Dwi Setiawan
icon caption
Ilustrasi unjuk rasa. Alinea.id/Dwi Setiawan
Nasional
Jumat, 02 Juli 2021 19:14

Aktivis nilai BEM UI bangkitkan mahasiswa yang mati suri

Mahasiswa memiliki tantangan berat untuk bersuara karena melawan tiga kekuasaan besar.
swipe

 

Aktivis Judilherry Justam mengatakan, kritik Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) seolah membangkitkan mahasiswa yang mati suri. Judilherry  mengatakan, kritik BEM UI merupakan hal wajar sebagai bagian dari kebebasan berpendapat.

"Unggahan BEM UI mengagetkan karena seolah kita melihat mahasiswa Indonesia ini sudah tertidur, dan terasing dari masalah-masalah sosial di lingkungannya. Alhamdulillah," kata Judilherry dalam webinar Narasi Institute bertajuk 'Gerakan Mahasiswa dan Pengkhiatan Kaum Intelektual', Jumat (2/7).

Sayangnya, kata Judilherry, apa yang dikritik BEM UI tidak disetujui semua pihak. Selain dipanggil rektorat UI, salah satu akademikus UI yang juga pendukung Jokowi, Ade Armando, bahkan menyebut pengurus BEM UI pandir.

"Kemudian pihak yang tidak setuju dengan BEM UI, langsung stigmatisasi BEM UI sebagai kadrun, binaan PKS (Partai Keadilan Sejahtera), penganut (paham) wahabi tanpa argumen yang bisa dipertanggungjawabkan. Ini bagi saya, tidak sehat," ujarnya.

Nangkula Utaberta, aktivis mahasiswa era Orde baru mengatakan, kritik yang disampaikan BEM UI sebenarnya sudah ditunggu-tunggu banyak pihak. Seperti Judilherry, dia menilai gerakan mahasiswa saat ini cenderung mati suri.

"Dan alhamdulillah, ini suatu gerakan yang cukup positif ketika mahasiswa sudah bersuara. Jadi jangan sampai mati dan hilang fokusnya," ujar guru besar di sebuah universitas di Malaysia ini.

Sementara Dosen Fisipol Universitas Indonesia (UI) Mulyadi Opu Andi Tadampali mengatakan, mahasiswa memiliki tantangan berat untuk bersuara karena melawan tiga kekuasaan besar, yakni oligarki politik, oligarki ekonomi dan oligarki sosial.

"Saya ikut di era Orde Baru, kita tidak terlalu takut. Karena satu saja pihaknya sangat kuat waktu itu yaitu oligarki politik. Jadi rezim Orde Baru saja," tutur Mulyadi dalam diskusi yang sama.

Menurut Mulyadi, negara saat ini tengah dikuasai oligarki ekonomi dan sosial, kondisi yang menyebabkan suara masyarakat sipil cenderung dibungkam. Di era Orde Baru, kata Mulyadi, mahasiswa masih bebas bersuara karena kekuasaan Soeharto masih bisa berhadap-hadapan dengan oligarki ekonomi.

"Oligarki ekonomi sekarang sudah liar, gak sama dengan oligarki ekonomi Orde Baru. Dia gak megang, dia ditekan, masih berhadap-hadapan dengan negara. Sekarang, negara di bawah kontrol oligarki ekonomi, para bandar politik," jelasnya.

img
Marselinus Gual
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan