close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi tambang mineral dan batu bara./ Shutterstock
icon caption
Ilustrasi tambang mineral dan batu bara./ Shutterstock
Nasional
Selasa, 04 Agustus 2020 11:55

Jatam: Aktivitas tambang semakin meningkat di tengah pandemi Covid-19

Ki Bagus Hadi menyatakan, perampasan lahan warga juga semakin masif.
swipe

Di tengah pandemi Covid-19 peningkatan aktivitas operasi tambang semakin represif terhadap warga lingkar tambang. Aktivis Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Ki Bagus Hadi Kusuma mengungkapkan, intimidasi permasalahan baru paling banyak dikeluhkan warga.

"Permasalahan baru di tengah pandemi, mayoritas memang menjawab intimidasi semakin meningkat. Kemudian, perampasan lahan juga semakin masif," kata Bagus dalam diskusi virtual, Selasa (4/8).

Dia menjelaskan, sebanyak 15 komunitas responden melaporkan pengalaman menerima intimidasi. Misalnya, warga Banyuwangi dan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK). Pada akhir Maret 2020, pemerintah menginstruksikan agar tenda posko warga menolak tambang emas di Gunung Tumpang Pitu dan Salakan segera dibubarkan dengan alasan pandemi Covid-19. 

Ironisnya, tenda warga dibubarkan, tetapi aktivitas pertambangan PT. Bumi Suksesindo (BSI) tetap berjalan hingga mendatangkan alat berat baru.

"Intimidasi juga diterima oleh kawan-kawan di Kendeng, Pati, Jawa Tengah (Jateng). Semuanya, karena kekhawatiran semakin meluasnya penyebaran Covid-19. Akhirnya, masyarakat melakukan protes kepada perusahaan agar berhenti, tetapi respon yang diterima intimidasi dan bentrok fisik atau kekerasan," tutur Bagus.

Selanjutnya, di Urutsewu, Kebumen, Jateng, juga telah terjadi perampasan lahan warga oleh TNI-AD sejak 2007. Menurut Bagus, perampasan lahan semakin masif dilakukan TNI di tengah pandemi. 

Kemudian, perampasan lahan warga dalam bentuk pematokan pagar dan sertifikasi sebagai legitimasi ke Badan Pertanahan Nasional (BPN) terus berjalan. Sebelumnya, TNI sempat mengizinkan pertambangan pasir besi di atas lahan warga yang mereka klaim.  

Namun, warga terus melawan kehadiran pertambangan pasir besi PT Mitra Niagatama Cemerlang (MNC) dan berhasil memukul mundur perusahaan pada 2012.

Jatam merilis laporan hasil pemantauan dan survei, daya rusak tambang di masa pandemi dengan wawancara 39 responden mewakili komunitas yang di kawasan lingkar pertambangan. Sebanyak 39 komunitas responden berada di kawasan lingkar pertambangan batu bara, batu gamping, batu andesit, minyak dan gas bumi, emas, nikel, hingga pasir besi.

Pengambilan data dilakukan dengan google form sejak 18 Mei hingga 12 Juni 2020. Dalam 39 komunitas responden survei ini, 21 komunitas berada di wilayah tambang masih beroperasi, 7 komunitas di wilayah tambang gagal beroperasi, 8 komunitas di wilayah tambang belum beroperasi, dan 3 komunitas di wilayah tambang yang berhenti sementara.

img
Manda Firmansyah
Reporter
img
Achmad Rizki
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan