Anak Gunung Krakatau erupsi dengan status masih pada level waspada pada Senin (25/6).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan kekinian informasi hingga Senin petang bahwa Gunung Anak Krakatau masih dalam status waspada.
Menurut BMKG, dalam rilis disampaikan oleh Tim Forecaster Stasiun Meteorologi di Branti, dilansir Antara, Senin (25/6), pergerakan debu vulkanik akibat aktivitas GAK itu menuju ke selatan.
BMKG menyatakan informasi terkait erupsi Gunung Anak Krakatau itu akan diperbarui jika terjadi perubahan yang signifikan. Pihaknya menegaskan bahwa erupsi Gunung Anak Krakatau sampai saat ini tidak berdampak kepada penerbangan di Bandara Radin Inten II Lampung.
BMKG juga akan terus memperbarui informasi yang diperlukan, termasuk hasil pantauan citra satelit untuk aktivitas Gunung Anak Krakatau.
Berkaitan dengan informasi untuk penyeberangan kapal feri di Bakauheni dan sekitarnya dari Kepala BMKG Maritim Panjang menyebutkan bahwa sampai saat ini masih aman, karena pergerakan debu vulkanik GAK tidak mengarah ke jalur penyeberangan Bakauheni-Merak. Untuk gelombang juga terpantau masih kondusif dan aman.
Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan pihak KSOP Bakauheni terkait dengan aktivitas GAK dan dinyatakan penyeberangan sementara ini aman, sambari terus memantau perkembangan selanjutnya.
Namun, pernyataan status GAK orange atau waspada itu tentunya untuk masyarakat dan wisatawan yang akan berkunjung ke sekitar GAK agar tidak mendekatinya.
Berdasarkan informasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) ESDM Pos Pantau Gunung Anak Krakatau, telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau, Lampung pada 25 Juni 2018 pukul 07.14 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 1.000 meter di atas puncak (kira-kira 1.305 meter di atas permukaan laut).
Peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau terlihat pada umumnya keseharian aktivitas GAK secara visual sering tertutup kabut, apabila cuaca cerah teramati asap kawah utama dengan ketinggian 25-100 meter dari puncak, bertekanan lemah dengan warna putih dan intensitas tipis hingga sedang.
Secara kegempaan, didominasi oleh jenis Gempa Vulkanik Dangkal (VB) dan Gempa Vulkanik Dalam (VA). Selain itu, terekam juga jenis gempa embusan, tektonik lokal (TL) dan tektonik jauh (TJ).
Pada 18 Juni 2018, selain gempa vulkanik dan tektonik, mulai terekam juga gempa tremor menerus dengan amplitudo 1-21 mm (dominan enam mm). Pada 19 Juni 2018, gempa embusan mengalami peningkatan jumlah dari rata-rata satu kejadian per hari menjadi 69 kejadian per hari. Selain itu, mulai terekam juga gempa low frekuensi 12 kejadian per hari. Gempa tremor menerus dengan amplitude 1-14 mm (dominan empat mm).
Pada 20 Juni 2018, terekam 88 kali gempa embusan, 11 kali gempa low frekuensi dan 36 kali gempa vulkanik dangkal. Pada 21 Juni 2018, terekam 49 kali gempa embusan, 8 kali gempa low frekuensi, 50 kali gempa vulkanik dangkal, dan empat kali gempa vulkanik dalam.
Pengamatan visual GAK pada 18-20 Juni 2018, pada umumnya gunung tertutup kabut, sedangkan pada 21 Juni 2018, gunung tampak jelas hingga teramati asap kawah utama dengan ketinggian 100-200 meter dari puncak, bertekanan sedang berwarna kelabu dengan intensitas tipis.
Sejak 18 Juni 2018, Gunung Anak Krakatau mengalami peningkatan aktivitas. Hingga saat ini, tingkat aktivitasnya masih pada status waspada dengan rekomendasi masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius satu kilometer dari kawah.
Dalam rangka kesiapsiagaan, sejak 18 Juni 2018 sudah dikoordinaskan dan diinformasikan kepada pihak BPBD Provinsi Banten, BPBD Provinsi Lampung, dan BKSDA Lampung agar meningkatkan kewaspadaan dan tidak mendekat ke Pulau Anak Krakatau.