close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono dalam sebuah diskusi di Pecenongan, Jakarta Pusat, Kamis (14/11). Alinea.id/Soraya Novika
icon caption
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono dalam sebuah diskusi di Pecenongan, Jakarta Pusat, Kamis (14/11). Alinea.id/Soraya Novika
Nasional
Kamis, 14 November 2019 19:12

Warga anggap wajar macet, penggunaan transportasi publik tak capai target

Penggunaan transportasi publik di Jabodetabek baru digunakan oleh 30% warga Jabodetabek setiap harinya.
swipe

Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) mengungkapkan jumlah penggunaan transportasi publik di wilayah Jabodetabek belum mencapai target. Warga yang menganggap kemacetan sebagai hal biasa, menjadi salah satu penyebab capaian kurang memuaskan ini. 

"Harusnya kita bisa mendorong masyarakat untuk menggunakan angkutan umum hingga target awal 60%, tapi saat ini yang teraktualisasi baru 30%," ujar Kepala BPTJ Bambang Prihartono dalam diskusi publik bertajuk "Pengelolaan Transportasi Megapolitan" di Pecenongan, Jakarta Pusat, Kamis (14/11).

Belum maksimalnya penggunaan angkutan umum di Jabodetabek, terjadi lantaran masyarakat menganggap biaya transportasi umum masih mahal. Waktu tempuh angkutan umum juga masih dinilai terlampau lama.

Selain itu, terjadi pergeseran paradigma di masyarakat yang menghambat pertumbuhan penggunaan angkutan umum. Masyarakat menganggap terjebak kemacetan saat menggunakan kendaraan pribadi adalah suatu hal yang normal dan wajar.

"Paradigma ini harus diubah. Kami mencoba memberikan layanan transportasi umum yang aksesibilitasnya mudah dan harganya ekonomis," ucap Bambang.

Dia pun mengatakan, BPTJ akan melakukan upaya-upaya sistematis agar layanan transportasi umum dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.

Meski belum mencapai target, Bambang mengatakan jumlah penumpang angkutan umum di Jabodetabek mengalami peningkatan. Pada 2015, jumlah pengguna angkutan umum per hari di Jabodetabek sebanyak 47,5 juta orang. Pada 2019, jumlahnya mencapai 88 juta orang per hari.

"Peningkatan tersebut terjadi sebab adanya sinergitas antara pemerintah dengan perusahaan swasta, dan upaya ini perlu terus ditingkatkan, sebab, sekarang masyarakat baru terlayani mobilisasinya menggunakan transportasi umum sekitar 8 juta per hari," ucapnya.

Oleh karena itu, Bambang mendukung perusahaan-perusahaan swasta yang memberikan layanan transportasi umum seperti ojek online (ojol), untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melakukan pergerakan di Jabodetabek.

img
Soraya Novika
Reporter
img
Gema Trisna Yudha
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan