close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pekerja menyelesaikan pembangunan revitalisasi kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta, Senin (25/11)./ Antara Foto
icon caption
Pekerja menyelesaikan pembangunan revitalisasi kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta, Senin (25/11)./ Antara Foto
Nasional
Kamis, 28 November 2019 20:01

Anggaran disunat, Jakpro masih maju-mundur bangun hotel di TIM

Pemotongan anggaran dalam rancangan APBD DKI tak serta-merta membuat Jakpro menghentikan pembangunan hotel di TIM.
swipe

Anggaran penyertaan modal daerah (PMD) PT Jakarta Propertindo alias Jakpro, disunat dalam Kebijakan Umum Anggaran dan Proritas Plafon Anggaran Sementara atau KUA-PPAS DKI 2020. Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi mengatakan, pemangkasan anggaran yang disepakati DPRD dan Pemprov DKI, merupakan bentuk penolakan legislatif terhadap rencana pembangunan hotel di Taman Ismail Marzuki.  

"Enggak, enggak ada hotel. Kita enggak kasih, kita potong dia senilai Rp400 miliar," kata Prasetio di Gedung DPRD DKI, Jakarta, Kamis (28/11).

Pras, sapaan akrabnya, menjelaskan PMD untuk Jakpro dalam program revitalisasi TIM pada 2020 awalnya dianggarkan Rp600 miliar. Namun, angka tersebut dipotong hampir 66,7% atau sekitar Rp400 miliar, menjadi hanya Rp200 miliar. 

Dengan demikian PMD yang diterima Jakpro untuk melaksanakan proyek revitalisasi TIM pada 2020, akan bernilai sama dengan yang mereka terima tahun ini. 

"Kita cuma kasih di Jakpro untuk masalah TIM Rp200 miliar, tidak ada buat hotel," kata Pras menegaskan.

Menurutnya, penolakan terhadap pembangunan hotel di kawasan TIM dilakukan karena pihaknya tak ingin terjadi komersialisasi di area kesenian dan kebudayaan tersebut. Apalagi, kata Pras, di sekitar TIM telah terdapat banyak hotel yang juga dapat menampung para tamu yang berkunjung. 

Meski demikian, pihak Jakpro tak menganggap pemotongan anggaran sebagai jalan buntu bagi pembangunan hotel. Sekretaris Perusahaan Jakpro Hani Sumarno mengatakan, pihaknya tengah melakukan pembahasan internal untuk menyikapi perubahan anggaran tersebut.

Menurutnya, perlu ada pertimbangan matang sebelum memutuskan pembangunan hotel tersebut tetap dilanjutkan atau akan dihentikan.

"Belum sampai ke keputusan. Harus bersama-sama dibahas bagian-bagian mana saja yang lebih diperhatikan dan menjadi penting untuk diubah," ujarnya.

Ia pun belum dapat mengungkap kapan hal tersebut akan diputuskan. Sebab, hari ini merupakan diskusi pertama pasca-pengurangan anggaran ditetapkan.

"Perlu ada tinjauan lagi dari bisnis model, konsep-konsep perubahan seperti apa, termasuk sampai ke bendungan kontraktor," katanya.

Hani mengatakan, pihaknya juga telah bertemu dengan sejumlah seniman untuk membahas pembangunan hotel di TIM pada Kamis (28/11) pagi. Namun pertemuan tersebut tak juga memberi restu kepada Jakpro untuk menjalankan rencana tersebut.

Ia menyebut diskusi dihadiri beberapa seniman seperti budayawan Radhar Panca Dahana dan pengamat teater Arie Batubara. Menurutnya, Radhar konsisten tak ingin ada penginapan di TIM.

"Pak Radhar juga bilang segala bentuk yang sifatnya menghasilkan dana yang masukan rekening, beliau enggak berkenan. Jadi kami tampung semuanya," kata Hani.

Adapun Arie, kata Hani, meminta tim revitalisasi mendalami perjalanan panjang TIM. Pasalnya, tempat tersebut mengandung romantisme masa lalu dari generasi ke generasi.

"Proyek ini memang harus lebih intens dialognya, kurang lebih seperti itu," kata Hani.

img
Eka Setiyaningsih
Reporter
img
Gema Trisna Yudha
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan