Angka melahirkan di Jawa Timur (Jatim) meningkat saat pandemi Covid-19. Dengan demikian, capaian Program Keluarga Berencana (KB), yang hanya dua anak per keluarga, menurun signifikan.
"Data September 2020, di Jatim drop out KB mencapai 11,93% dan angka kehamilan semakin meningkat," kata Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jatim, Sukaryo Teguh Santoso.
Dirinya mengakui, hamil merupakan hak setiap perempuan. Namun, melansir situs web Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim, harus diperhatikan apakah tergolong yang direncanakan atau yang tidak diinginkan.
Apabila angka kehamilan yang tidak diinginkan tinggi, menurutnya, berpotensi terjadinya kekerdilan (stunting). "Padahal, program prioritas nasional yang memiliki empat program priotitas, salah satunya adalah penanggulangan stunting."
Apalagi, ungkap dia, ditargetkan angka stunting Jatim hanya 10% pada 2024. Pun akan mendorong angka kelahiran total (total fertility rate/TRF) di angka 1,8 pada empat tahun mendatang, yang kini 2,1 atau 0,3 di bawah nasional.
Karenanya, Teguh menyatakan, BKKBN akan berkolaborasi dengan berbagai perguruan tinggi untuk mewujudkan program prioritas nasional tersebut. Bermitra dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair), misalnya.