Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Arteria Dahlan menampik tudingan bahwa dirinya merupakan cucu dari tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) Sumatera Barat.
Pernyataan ini dilontarkan untuk menanggapi tudingan tokoh pers Sumatera Barat dan juga budayawan, Hasril Chaniago, yang menyebut Arteria keturunan tokoh partai berlambang paru arit Sumatera Barat, Bachtaruddin
"Tidak benar saya cucu seorang tokoh PKI," ujar Arteria, dalam keterangannya, Kamis (10/9).
Dia menyebut, memang terdapat tokoh PKI dari Mainjau bernama Bakhtarudin. "Namun tidak ada hubungan kekeluargaan antara Bakhtarudin dengan kakek dan nenek saya, baik dari pihak ayah maupun ibu," terangnya.
Dia menerangkan, kakek dari pihak ibunya, H Wahab Syarif, merupakan pedagang tekstil di Tanah Abang. Kakenya, mulai berlabuh di Jakarta pada 1950.
"Tempat berlabuhnya para perantau Minang saat tiba di Jakarta sebelum mereka memiliki rumah sendiri," tutur dia
Sementara nenek Arteria, Hj Lamsiar, merupakan ibu rumah tangga biasa. Sang nenek mempunyai tujuh anak, enam lainnya menjadi pedagang di Pasar Tanah Abang, sedangkan satu anak lainnya yang merupakan ibunda Arteria berprofesi sebagai guru SD Perguruan Cikini dan guru tataboga di SMKN 30 Jakarta Selatan.
Sedangkan silsilah keluarga Arteria dari pihak ayahnya, H. Dahlan bin Ali, merupakan seorang pedagang di Sumatera Barat. Sementara sang nenek, Hj Dahniar Yahya atau akrab disapa Ibu Nian, merupakan tokoh Masjumi.
Sang nenek disebut satu-satunya guru ngaji di Kukuban Maninjau. Profesi itu digeluti selama lebih dari 50 tahun.
"Seluruh orang Maninjau di Kukuban pernah mengaji ke Bu Nian. Ibu Nian juga pernah ditahan pemerintahan Sukarno karena diduga terlibat PRRI saat itu," terang Arteria.
Sementara ayahanda Arteria, H Zaini Dahlan, merupakan guru di beberapa SMA. Ayahnya juga merupakan pimpinan salah satu yayasan pendidikan swasta.
"Pernah mendaftar Akpol, itu pun pada tes terakhir ditolak karena terindikasi Masjumi dan PRRI," ucap Arteria.
Arteria mengatakan, ayahnya sudah lama tinggal di Yogyakarta untuk mengenyam pendidikan perguruan tinggi jurusan farmasi di Universitas Gadjah Mada. Bahkan, ayahnya juga pernah mengajar di SMA Muhammadiyah Yogyakarta.
"Jujur ayah korban politik Orla (orde lama). Waktu awal masuk PDIP dia agak keberatan, tetapi setelah beberapa lama, justru dia yang ikut aktif kampanye PDIP di Sumbar pada 2009. Sayang ayah tidak melihat saya seperti sekarang ini karena sudah almarhum," tutup Arteria.
Sebelumnya, Arteria dituding tokoh keturunan tokoh PKI Sumatera Barat oleh budayawan Hasril Chaniago dalam program Indonesia Lawyers Club pada Selasa (8/9). Buntut pernyataan itu menjadi ulasan oleh netizen di media sosial.