Keterbatasan fisik tidak menjadi alasan bagi 30 orang berkebutuhan khusus di industri kreatif batik ciprat Kamajaya Kemudo “Tombo Ati” untuk berkreasi. Goresan tangan indah penyandang disabilitas Desa Kemudo, Prambanan Klaten menghasilkan sebuah karya batik ciprat.
Saat ditemui, Selasa (4/10) di Balai Desa Kemudo (Rumah Produksi), Koordinator batik ciprat “Tombo Ati”, Novi Daniar menyampaikan terciptanya batik ciprat karena adanya pelatihan dan pembelajaran dari pihak desa yang diadakan bulan September 2021.
Novi membeberkan proses produksi mulai dari awal kain putih (primisima) kemudian diciprat menggunakan malam sehingga menghasilkan motif, dilanjutkan pewarnaan sesuai selera, setelah itu masuk water glass agar tidak luntur, lalu dicuci, dijemur dan dilorot.
Perempuan berkebutuhan khusus tersebut menjelaskan sebelum batik ciprat diberikan kepada pembeli, maka batik ciprat masuk proses finishing dengan dicuci kembali, dijemur, dan selanjutnya disetrika.
Ia menjelaskan selembar kain batik ciprat ukuran dua meter, lebar 1,15 meter pengerjaannya kisaran satu hingga dua hari pengerjaan sesuai motif, banyaknya warna dan cuaca.
Dirinya bangga, kini batik ciprat karya difabel asal Kemudo mulai dikenal luas dan tidak hanya menghasilkan kain yang dijual kisaran Rp120.000 hingga Rp250.000. Kemudian, produk topi Rp40.000 dan pakaian Rp250.000 hingga Rp350.000.
“Pemasarannya mengikuti pameran di berbagai Mall dan mengikuti acara (event) di Klaten maupun luar Klaten,” ungkapnya.
Ia mengaku teman-teman KWP Kemajaya Tombo Ati juga terus mengembangkan ide pola motif cipratan dengan bervariasi dan bisa menerima request pembeli.
“Pastinya semoga batik kami lebih maju, pemasarannya semakin luas, teman-teman semakin semangat biar tetap produksi dan butuh kekompakan karena kami berbeda dengan yang lain (difabel),” pungkasnya.
Hasil buah tangan karya batik ciprat Desa Kemudo dapat dilihat melalui laman instagram @cipratkamajaya.