close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Seorang bayi berada di tengah sejumlah pemudik yang berebut masuk ke dalam bus untuk pulang ke kampung halaman mereka dari Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Kamis (6/6)./ Antara Foto
icon caption
Seorang bayi berada di tengah sejumlah pemudik yang berebut masuk ke dalam bus untuk pulang ke kampung halaman mereka dari Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Kamis (6/6)./ Antara Foto
Nasional
Jumat, 12 Juli 2019 16:10

Bayi dan manula disarankan kurangi aktivitas di luar rumah

Penurunan kualitas udara di musim kemarau harus diantisipasi kelompok masyarakat rentan, seperti bayi dan manula.
swipe

Kepala Seksi Penanggulangan Pencemaran Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta, Agung Pujo Winarko, menyatakan kualitas udara Jakarta menurun pada musim kemarau. Namun pada musim hujan atau awal tahun, kualitas udara Jakarta dinilai cukup bagus.

Pernyataan Agung ini merupakan tanggapan atas komentar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, menyebut udara di Jakarta tidak sehat bagi bayi dan manula. 

"Bagi orang normal biasa saja, untuk bayi dan manula juga tidak ada masalah ketika musim hujan. Ketika masuk musim kemarau, dengan PM 2,5 yang meningkat, harus diantisipasi saja bagi mereka yang sensitif," ujar Agung saat dihubungi, Jumat (12/7).

Karena itu, kelompok masyarakat yang sensitif dan rentan seperti bayi dan manula, perlu mempersiapkan diri secara ekstra menjelang musim kemarau. Sebab di musim kemarau, polusi udara juga mengalami peningkatan.

Mengutip data yang dikumpulkan lembaganya, dia mengatakan kualitas udara Jakarta cukup bagus pada Januari, Februari, Maret, dan April. Sempat terjadi penurunan di awal musim kemarau. Namun menurut Agung, statusnya sudah kembali membaik. 

Meski demikian, Agung menyarankan agar kelompok masyarakat rentan dapat mengurangi aktivitas di luar rumah, sehingga tidak menambah risiko atas buruknya kualitas udara Jakarta.

"Kalau untuk aktivitas di luar jangan terlalu banyak. Kalau dia sensitif, diketahui secara medis sensitif terhadap kualitas udara jelek, dia mengurangi kegiatan di luar rumah, membatasi," kata Agung.

Saat membuka acara Pekan Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2019 pada Kamis (11/7), Menteri Siti Nurbaya mengatakan kualitas udara Jakarta masih  relatih baik dan sehat. Hal ini berdasarkan standar baku mutu udara ambien nasional, yaitu 65 ug/Nm3.

Namun jika memakai standar World Helath Organization (WHO) pada angka 25 ug/Nm3, kualitas udara Jakarta berada di kategori sedang. 

Sementara jika menggunakan data gabungan Air Quality Monitoring System (AQMS) KLHK dan pemerintah DKI Jakarta, maka kualitas udara Jakarta berada pada konsentrasi 39 ug/Nm3 atau pada kategori tidak sehat untuk kelompok sensitif seperti bayi dan manula.

img
Eka Setiyaningsih
Reporter
img
Gema Trisna Yudha
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan