close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Peserta audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis./ Foto: pbdjarum.org
icon caption
Peserta audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis./ Foto: pbdjarum.org
Nasional
Kamis, 14 Februari 2019 21:18

Beasiswa bulu tangkis dinilai targetkan anak jadi konsumen rokok

"Ribuan anak ini menjadi calon konsumen berikutnya bagi produsen rokok tersebut."
swipe

Audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis dinilai jadi cara produsen rokok untuk menyasar anak-anak sebagai calon konsumen. Ini dilakukan dengan penggunaan tulisan "Djarum" pada kaos peserta audisi, yang mirip dengan tulisan salah satu produk rokok produksi PT Djarum Tbk.

Psikolog klinis Liza Djaprie mengungkapkan, alam bawah sadar anak memiliki nalar dan pengetahuan terbatas. Hal ini mengakibatkan anak-anak sangat rentan menyerap langsung informasi yang diberikan. Dengan begitu, alam bawah sadar anak mencitrakan Djarum sebagai perusahaan yang baik, lantaran banyak memfasilitasi kegiatannya. 

Produk Djarum pun akan dinilai demikian. Sehingga, Liza berpendapat, anak-anak menjadi target untuk menjamin keberlanjutan konsumsi industri rokok.

"Kenapa anak-anak, itu hanya menunggu kapan aktif alam bawah sadarnya saj, karena kesan positifnya sudah ada. Jadi ketika ada keinginan untuk mengonsumsi, dalam pikirannya adalah Djarum, karena sudah tercitra dalam alam bawah sadarnya. Ribuan anak ini menjadi calon konsumen berikutnya bagi produsen rokok tersebut," kata Liza di kantor KPAI Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Kamis (14/2).

Cara demikian, kata dia, juga menjadi upaya efektif dalam menekan biaya iklan. Sebab perusahaan hanya mengeluarkan biaya kaus, yang mencantumkan tulisan mirip dengan yang ada dalam produknya. 

Karena itu Liza mengimbau Djarum Foundation untuk menghapus tulisan Djarum yang terdapat pada kaus yang dipakai peserta Djarum Beasiswa Bulutangkis. Baginya, upaya memajukan olahraga badminton yang digembar-gemborkan, dilakukan tidak tulus oleh penyelenggara. 

"Kalau memang murni untuk olahraga, kenapa tidak dibuat netral. Kenapa logo Djarumnya di depan tidak boleh ditutup," ungkap Liza.

Ketua Yayasan Lentera Anak, Lisda Sundari menilai, apa yang dilakukan Djarum Foundation sebagai bentuk eksploitasi anak. Sebab anak-anak peserta audisi mengenakan kaus bertuliskan merek rokok. Apalagi, dari seluruh peserta, hanya 0,01% saja yang berhak mendapatkan beasiswa.

"Sekitar 23.000 yang terlibat, yang dapat beasiswa hanya 245 orang. Kalau kita lihat, ini beasiswa atau promosi?" tanya Lisda.

Terkait dugaan eksploitasi itu, komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bidang kesehatan, Siti Hikmawatty, mengatakan pihaknya belum akan menempuh jalur hukum.

Sebagian anak yang ikut dalam kegiatan itu, belum menyadari mereka dimanfaatkan untuk membangun brand image industri rokok. Karena itu, upaya konkret yang akan ditempuh KPAI, adalah melakukan sosialisasi untuk membangun kesadaran korban. KPAI juga akan mengedepankan proses dialog untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

"Tidak semata-mata salah dihukum, salah dihukum. Kita diminta memberi penyadaran," tegas Siti.

Menurutnya, KPAI juga telah memanggil pihak Djarum Foundation untuk mengklarifikasi dugaan eksploitasi anak tersebut. Menyikapi dugaan itu, Djarum Foundation meminta waktu untuk mengkaji secara internal masukan dari KPAI. Namun, pihak Djarum membantah dugaan tersebut.

"Kami beri waktu untuk dikonsultasikan secara internal mereka. Pada hal yang lain kami tidak mempersoalkan, tapi untuk masalah dugaan eksploitasi, kami tidak kehendaki,” ujarnya.

KPAI, lanjut dia, juga telah berkonsultasi dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) terkait hal ini. KPAI mendorong agar Kemenpora mengambil alih kegiatan audisi tersebut.

“Kami sudah menjalin komunikasi dengan Kemenpora dan meminta bagian ini juga dilakukan oleh Kemenpora, soal pembinaan tanpa harus dibiayai dari industri rokok," kata Siti.

Djarum Foundation tampik dugaan eksploitasi anak

Djarum Foundation membantah melakukan eksploitasi anak dalam kegiatan audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis. Dugaan tersebut lantaran anak-anak yang mengikuti audisi, diharuskan mengenakan kaus dengan tulisan mirip salah satu merek rokok produksi PT Djarum Tbk, perusahaan yang menaungi Djarum Foundation. 

Pada kaus tersebut, tertulis kata "Djarum" dengan huruf kapital. Dibawahnya, terdapat tulisan "Badminton Club".

Manager Program Bakti Olahraga Djarum Foundation, Budi Darmawan, menampik dugaan tersebut. Menurutnya, kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya Djarum untuk menghasilkan atlet badminton berprestasi.

"Tidak ada eksploitasi anak. Yang kami lakukan merupakan upaya Djarum Badminton Club, yang sejak didirikan tahun 1969, untuk meregenerasi atlet," ujar Budi saat dikonfirmasi jurnalis Alinea.id, Jumat (15/2).

Dia juga membantah tudingan yang menyebut tulisan di bagian depan kaus yang digunakan peserta audisi, mirip dengan logo salah satu produk rokok. Menurutnya, tulisan Djarum pada kaus tersebut, tidak ada kaitannya dengan produk rokok.

Tulisan tersebut, lanjut dia, juga harus dibaca utuh. Sebab di bawah tulisan Djarum, masih ada frasa lain yang merupakan satu kesatuan.

"Tulisan kaus yang dipakai anak-anak Djarum Badminton Club, dibaca lengkap. Itu bukan brand rokok, tapi nama klub," imbuh Budi.

Karena itu, pihaknya memastikan tidak akan menghentikan kegiatan beasiswa badminton, sebagaimana imbauan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Penghentian kegiatan tersebut dinilai tidak beralasan, karena bagi dia, tidak terjadi eksploitasi anak dalam Djarum Beasiswa Bulutangkis.

"Yes (kami tetap melanjutkan). Kami punya rencana, kami ingin membangun olahraga, sebab ini tidak bisa dalam satu dua tahun," ucapnya.

 

img
Armidis
Reporter
img
Gema Trisna Yudha
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan