Sekretaris Fraksi Partai Demokrat DPR, Marwan Cik Asan, membela ketuanya, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), terkait dikritik Indonesia terancam menjadi negara gagal (failed nation) imbas buruknya penanganan pandemi Covid-19.
Dia mengatakan, publik perlu bersikap adil atas pernyataan Ibas tersebut. Dengan demikian, tidak menjustifikasi seolah-olah putra bungsu Presiden ke-6 RI, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), itu tidak berbuat apa-apa dalam penanggulangan penanganan.
"Jangan karena berseberangan atau tidak suka, lalu kehilangan sikap fair, sikap adil. Fraksi kami sejak awal sudah terjun langsung membantu rakyat yang kesusahan. Kami berpartisipasi membantu pemerintah dengan cara kami bukan hanya mengkritik," katanya dalam cuitan Twitter @PDemokrat, Sabtu (10/7).
Marwan menerangkan, Partai Demokrat sejak awal Maret 2020 sudah menggulirkan Gerakan Nasional Demokrat Lawan Corona. Kegiatan ini dijalankan seluruh kader secara secara intensif, masif, dan terkoordinasi, termasuk para kader di DPR yang dipimpin Ibas.
"Bisa dicek jejak digitalnya, teman-teman Demokrat di DPR langsung terjun ke masyarakat baik di masa reses maupun tidak untuk turut meringankan beban masyarakat," ujarnya.
Sebelumnya, Ibas mengkritisi kemampuan pemerintah menghadapi pandemi. Dia tidak ingin Indonesia menjadi bangsa gagal dalam penanganan pandemi.
"Covid-19 makin 'mengganas'. Keluarga kita, sahabat kita, dan orang-orang di lingkungan kita banyak yang terpapar bahkan meninggal dunia. Sampai kapan bangsa kita akan terus begini?" tanyanya.
"Jangan sampai negara kita disebut sebagai failed nation atau bangsa gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya," sambung dia.
Pernyataan Ibas ini pun ramai dikritik, salah satunya oleh Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Tangerang Selatan (PDIP Tangsel), Wanto Sugito.
Dirinya bahkan turut mengkritik Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), lantaran turut mempertanyakan kemampuan negara dalam melawan Covid-19.
Wanto berpendapat, kedua bersaudara tersebut bukannya memikirkan dan ikut terlibat aktif membantu rakyat yang kesusahan melawan pandemi justru mencari kesempatan untuk memperkeruh suasana bangsa saat pemerintah tengah fokus dan berusaha menyelamatkan masyarakat.
"Sikap kekhawatiran duo bersaudara itu seperti bukan sikap seorang kesatria bangsa, bukan sikap asli bangsa Indonesia yang mempunyai jiwa pejuang. Mereka melupakan sejarah, bahwa bangsa ini sudah terlatih dan tangguh menghadapi segala badai bahkan dapat dikatakan pernyataan mereka seperti orang yang putus asa," tuturnya.
"Boro-boro memberikan semangat dan membantu rakyat, justru mereka sendiri seperti orang putus asa," sambungnya.