Pemerintah Indonesia mempertimbangkan untuk melanjutkan lagi proyek bersama pembuatan pesawat tempur Korean Fighter Experimental/ Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX). Saat ini Kementerian Pertahanan tengah melakukan negosiasi dengan Korea Selatan terkait rencana tersebut.
"Masih dibicarakan, kita masih bernegoisasi terkait hal tersebut," kata Staf Khusus Menteri Pertahanan bidang Komunikasi Publik dan Hubungan Antar-Lembaga, Dahnil Anzar Simanjuntak, di Jakarta, Kamis (12/12).
Pembicaraan mengenai kelanjutan proyek pembuatan jet tempur generasi 4,5 tersebut dilakukan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dengan Menteri Pertahanan Korea Selatan Jeong Kyeong-doo, di Kantor Kementerian Pertahanan hari ini. Pertemuan bilateral keduanya berlangsung selama tiga jam.
Dahnil mengatakan, salah satu poin penting yang menjadi pertimbangan ihwal kelanjutan proyek tersebut adalah soal anggaran. Hal ini pula yang sebelumnya membuat proyek KFX/IFX terhenti di tengah jalan.
"Pak Menhan masih bernegoisasi dengan melihat berbagai kemungkinan keputusan yang bisa diambil, termasuk terkait anggaran," kata Dahnil.
Di tempat berbeda, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD juga menerima kunjungan Jeong. Mahfud mengonfirmasi renegosiasi pembangunan KFX/IFX.
Namun, Mahfud enggan berbicara lebih spesifik dengan alasan hal tersebut merupakan ranah Prabowo selaku Menteri Pertahanan. Ia juga belum mengetahui lebih detail ihwal pembicaraan dalam negosiasi tersebut.
"Itu sekarang masih sedang dinegosiasi, dan vocal point dari Indonesia memang yang ditunjuk Pak Prabowo selaku Menteri Pertahanan, untuk berbicara antarmenteri," kata dia.
Wakil Menteri Pertahanan Wahyu Sakti Trenggono sebelumnya mengatakan, pihaknya tengah mengkaji sejumlah hal sebelum mengaktifkan kembali proyek tersebut. Kerja sama ini dinilai penting agar Indonesia memiliki pesawat tempur teknologi tinggi, sekaligus memiliki kemampuan membuatnya sendiri.
“Tapi ini masih dalam proses pertimbangan dan kajian. Karena yang namanya pesawat tempur itu tidak sembarangan juga. Di level mana kita nanti dan kita sampai punya kemampuan seperti apa, itu juga. Karena nilainya mahal, sampai 2 miliar dolar,” ucapnya.
Proyek joint venture KFX/IFX dimulai pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono 2011 lalu. Kemampuan pesawat ini berada di atas pesawat buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat, yaitu F-16 atau F-18, namun masih di bawah jet siluman F-35.
Proyek ini memakan anggaran sekitar US$8 miliar, dengan pembagian Korsel 80% dan Indonesia 201%. Selain patungan biaya, kerja sama dilakukan dengan skema alih teknologi. Indonesia mengirimkan sejumlah ahli untuk terlibat dalam proyek tersebut. Harapannya, setelah mendapatkan purwarupa pesawat, industri dirgantara nusantara dapat membangun pesawat tempur secara mandiri.
Namun Korsel sempat menghentikan proyek ini. Pada 2013, alasan politik dan situasi dalam negeri melatarbelakangi keputusan tersebut.
Setelah sempat kembali berlanjut, proyek kembali terhenti pada 2018 karena Indonesia tersendat melakukan pembayaran anggaran yang disepakati. Nilai tukar rupiah yang terpuruk membuat Indonesia kewalahan membayar kewajibannya, karena terasa semakin mahal.