Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisikal (BMKG) menyatakan erupsi Gunung Anak Krakataua malam tadi tidak memicu terjadinya tsunami. Kesimpulan tersebut didapat setelah dilakukannya monitoring tide gauge dan monitoring radar osean wera.
"Berdasarkan monitoring muka laut yang dilakukan BMKG menggunakan tide gauge dan radar wera menunjukan erupsi Gunung Anak Krakatau tadi malam tidak memicu terjadinya tsunami," ujar Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono dalam keterangan resminya, Sabtu (11/4).
Rahmat menyatakan monitoring seismik juga tidak menunjukan adanya aktivitas seismik. Bahkan dari hasil monitoring tersebut mendapatkan hasil erupsi malam tadi lebih kecil dibandingkan erupsi pada 22 Desember 2020.
Menurut Rahmat, hasil monitoring seismik justru mencatat adanya gempa di Selat Sunda.
"Hasil analisis BMKG terkait gempa tersebut menunjukan telag terjadi gempa tektonik di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudi M 2,4 episenter," tutur Rahmat.
Rahmat melanjutkan, terkait gemuruh yang terdengar hingga wilayah Jabodetabek, bukan merupakan hasil dari gempa tektonik di wilayah Jobodetabek. Selain itu, gempa tektonik di Selat Sunda pun terbilang kecil.
"Berdasarkan data tersebut, maka BMKG memastikan bahwa suara dentuman tersebut tidak bersumber dari aktivitas gempa tektonik," kata Rahmat.